Breaking News

Marah Silau

Perekat Identitas Sosial Budaya Simalungun
(Oct 22, 2006 at 10:56 AM)

Pdt Juandaha Raya P Dasuha, STh

PENDAHULUAN

Simalungun merupakan suku atau etnis dengan identitas dan budayanya yang terbentuk dalam proses sejarahperkembangannya. Sebagai identitas, Simalungun dapat dibedakan dari suku-suku bangsa lainnya dari adat, budaya,kebiasaan, sejarah dan segala aspek kehidupannya. Demikianlah sehingga orang dapat mengenal suku Simalungundari otherness kelainan/differensinya dari suku-suku lain.

SEJARAH SINGKAT SUKU SIMALUNGUNDari sumber-sumber kuno dan cerita-cerita rakyat di Simalungun, orang yang kemudian menjadi suku Simalungunberketurunan dari ragam nenek moyang. Dalam perjalanan sejarahnya, suku Simalungun datang dalam dua gelombang.Gelombang pertama (Proto Simalungun) diperkirakan datang dari India Selatan (Nagore) dan India Timur (PegununganAssam) sekitar abad ke-5 menyusuri Birma terus ke Siam dan Melaka selanjutnya menyebrang ke Sumatera Timur danmendirikan Kerajaan Nagur dari Raja dinasti Damanik.

Dan kemudian gelombang kedua (Deutro Simalungun) yangmerupakan pembaruan suku-suku tetangga dengan suku Simalungun asli (Herman Purba Tambak, SIB 3/9/2006, hlm.9).Selanjutnya panglima-panglima (Raja Goraha) Kerajaan Nagur bermarga Saragih, Sinaga dan Purba dijadikan menantuoleh Raja Nagur dan kelak mendirikan kerajaan-kerajaan : Silou (Purba Tambak), Tanoh Djawa (Sinaga), Raya(Saragih).

Kerajaan-kerajaan ini pada abad XIII-XV mengalami serangan-serangan dari tentara Singasari, Majapahit,Rajendra Chola dari India dan terakhir Aceh, sultan-sultan Melayu dan Belanda. Terkenal dalam cerita-cerita rakyatSimalungun akan hattu ni sappar yang melukiskan situasi mengerikan di Simalungun akibat peperanganitu, mayat-mayat bergelimpangan, kericuhan sehingga mengakibatkan wabah penyakit kolera yang merajalela.

Dan konon menurut legenda, orang Simalungun mengungsi ke seberang Laut Tawar (obat penawar Sappar) sampai kesebuah pulau yang kemudian dinamai Samosir ( Sahali misir). Kelak keturunan orang Simalungun yangberdiam di Samosir kembali lagi ke kampung halamannya (huta hasusuran) di Nagur dan dilihatlah daerah itu sudahditinggalkan orang karena mengungsi, sepi dan yang tersisa hanya peninggalan rakyat Nagur, sehingga dinamakanlahdaerah Nagur itu sima-sima ni nalungun dan lama kelamaan menjadi Simalungun (daerah yang sunyisepi) (M.D Purba, 1997).

Pembauran dengan suku-suku tetangga khususnya dari Pulau Samosir, Silalahi, Karo, danPakpak menyebabkan adanya timbul marga baru di Simalungun, seperti: marga Sidauruk, Sidabalok, Siadari,Simarmata, Simanihuruk, Sidabutar, Munthe, Sijabat yang berafiliasi dengan marga Saragih, Manorsa, Simamora,Sigulang Batu, Parhorbo, Sitorus dan Pantomhobon yang berafiliasi dengan marga Purba, Malau, Limbong, Sagala,Gurning, Manikraja yang berafiliasi dengan marga Damanik, Sipayung, Sihaloho, Sinurat, Sitopu yang berafiliasi denganmarga Sinaga (tetapi sejak Revolusi Sosial sudah kembali ke marga asalnya).

Selain itu masih ada marga Lingga,Manurung, Butar-butar, Sirait di Simalungun timur dan barat. Demikianlah sampai zaman modern ini warna-warni suku Simalungun ini menyebabkan suku Simalungun sangat toleran dan bahkan nyarishilang karena terlalu terbukanya dengan para pendatang. Belum lagi dengan suku Simalungun yangmasuk Islam sejak abad XV di Asahan dan Deli serta Serdang mengaku dirinya Melayu dan menghilangkan identitasnyasebagai suku Simalungun.Dahulu kala menurut Tuan Taralamsyah Saragih (surat pribadi,1963), orang Simalungun asli itu merupakan keturunandari empat raja-raja besar yang berasal dari Siam dan India dengan rakyatnya masuk ke Sumatera Timur terus ke Aceh,Langkat dan daerah Bangun Purba dan Bandar Kalifah sampai Batubara.

Akibat desakan orang Djau, berangsur-angsur mereka mencapai pinggiran Danau Toba sampai ke Samosir. Adapun keempat marga-margaSimalungun yang empat populer dengan nama SISADAPUR (Sinaga, Saragih, Damanik dan Purba) berasal dariharungguan bolon (permusyawaratan besar) raja-raja yang empat itu agar jangan saling menyerang,bermusuhan dan marsiurupan bani hasunsahan na legan, rup mangimbang munssuh. Keempat raja ituadalah:

1. Raja Nagur, Marga Damanik = Simada Manik, Simalungun: Manik = tonduy,sumangat, tunggung,(yang bersemangat, berkharisma, agung) halanigan, tercerdas Raja Nagur on marimbang raja na legan janah bahatanbalani. Mereka ini berasal dari kaum bangsawan India Selatan dari Kerajaan Nagore.

Keturunan Raja Nagur ini pada abad ke-12 terbagi menjadi tiga bagian menurut keturunan ketiga putera raja Nagur yang mengungsi dari Pamatang Nagur di Pulau Pandan akibat serangan Raja Rajendra Chola dari India, yaitu : Marah Silau (yang menurunkan Raja Manik Hasian, Raja Jumorlang, Raja Sipolha, Raja Siantar, Tuan Raja Sidamanik dan Tuan Raja Bandar), Soro Tilu (yang menurunkan marga raja Nagur di sekitar gunung Simbolon: Damanik Nagur, Bayu, Hajangan, Rih, Malayu,Rappogos, Usang, Rih, Simaringga, Sarasan, Sola), Timo Raya (yang menurunkan raja Bornou, Raja Ula danketurunannya Damanik Tomok). Kemudian datang marga keturunan Silau Raja, Ambarita Raja, Gurning Raja, MalauRaja, Limbong, Manik Raja mengaku Damanik di Simalungun yang berasal dari Pulau Samosir.

2. Raja Banua Sobou bermarga Saragih. Saragih: Simalungun : Simada Ragih; Ragih = atur, susun, tata (pemilikaturan, pengatur, pemegang undang-undang, penyusun). Keturunannya adalah Saragih Garingging yang pernahmerantau ke Ajinembah dan kembali ke Raya, Saragih Sumbayak keturunan Tuan Raya Tongah, Pamajuhi, dan Bona niGonrang. Pada zaman Tuan Rondahaim, marga Turnip, Sidauruk, Simarmata, Sitanggang, Munthe, Sijabat, Sidabalok,Sidabukke, Simanihuruk mengaku dirinya Saragih di Simalungun.

Jelaslah bahwa hanya dua keturunan Raja BanuaSobou yakni : Sumbayak dan Garingging. Garingging kemudian pecah lagi menjadi Dasalak dan Dajawak. Dasalakmenjadi raja di Padang Badagei, dan Dajawak merantau ke Rakutbesi dan Tanah Karo dengan Marga Ginting Jawak.Sedangkan Pardalan Tapian adalah berasal marga dari Samosir.

3. Raja Banua Purba bermarga Purba. Purba adalah bahasa Sansekerta purwa artinya timur, gelagat masa datang, pengatur, pemegang undang-undang, tenungan pengetahuan, cendikiawan/sarjana. Keturunannya adalah :Tambak, Sigumonrong, Tua, Sidasuha (Sidadolog, Sidagambir). Kemudian ada lagi Purba Siborom Tanjung, Pakpak,Girsang, Tondang, Sihala, Raya. Pada abad ke-18 datang marga Simamora dari Bakkara melalui Samosir keHaranggaol dan mengaku dirinya Purba, merekalah yang menurunkan marga Purba Manorsa yang tinggal di TanggaBatu dan Purbasaribu.

4. Raja Saniang Naga bermarga Sinaga atau Tanduk Banua (terletak di perbatasan Simalungun dengan tanah Karo).Marga Sinaga = Simada Naga adalah marga asli Simalungun. Naga dikenal juga dengan mitologi dewa yang penjagabumi yang menyebabkan gempa dan tanah longsor. Keturunannya adalah marga Sinaga di Kerajaan Tanah Jawa,Batangiou di Asahan.

Tuan Girsang Sipangan Bolon adalah anakboru Raya pada zaman kerajaan-kerajaan Simalungun.Pada abad ke XIV saat serangan Majapahit, pasukan dari Jambi dipimpin Panglima Bungkuk dengan pasukannyamelarikan diri ke Kerajaan Batangiou dan mengaku dirinya Sinaga, dan menurut Taralamsyah Saragih nenek moyangmereka ini kemudian menjadi raja Tanoh Djawa dengan marga Sinaga Dadihoyong setelah mengalahkan Tuan Raya SiTonggang marga Sinaga dari kerajaan Batangiou dalam adu sumpah (sibijaon) (Tideman, 1922).

Sementara Tuan GindoSinaga keturunan Tuan Djorlang Hataran mengaku Sinaga keturunan raja Tanoh Djawa berasal dari India. Beberapakeluarga besar Partongah Raja Tanoh Djawa menghubungkannya dengan daerah Naga Land (Tanah Naga) di IndiaTimur yang berbatasan dengan Birma yang memang memiliki banyak Similaritas dengan adat kebiasaan, postur wajahdan anatomi tubuh serta bahasa dengan suku Simalungun dan Batak lainnya.

Orang Simalungun tidak terlalu mementingkan soal silsilah karena penentu partuturan di Simalungunadalah hasusuran (tempat asal nenek moyang) dan tibalni parhundul dalam horja-horja adat.

Dahulukalau orang Simalungun bertemu, bukan langsung bertanya aha marga ni ham? tetapi hunja dohasusuran ni ham? seperti pepatah Simalungun Sin Raya, sini Purba, sin Dolog, sini Panei. Na ija pelang na mubah, asal ma marholong ni atei. Kenapa? Karena seluruh marga raja-raja Simalungun itu diikat olehpersekutuan adat yang erat oleh karena konsep perkawinan antara raja dengan puang bolon (permaisuri)yang adalah puteri raja tetangganya. Seperti raja Tanoh Djawa dengan puang bolon dari Kerajaan Siantar (Damanik),raja Siantar yang puang bolonnya dari Partuanan Silappuyang, raja Panei dari putri raja Siantar, raja Silau dari putri rajaRaya, raja Purba dari putri raja Siantar dan Silimakuta dari putri raja Raya atau Tongging.

Zaman raja-raja Simalungun,orang yang tidak jelas garis keturunannya dari raja-raja disebut jolma tuhe-tuhe atausilawar (pendatang). Zaman dahulu mereka ini akibat hukum marga yang keras di Simalungunmenyatukan dirinya dengan marga raja-raja agar mendapat hak hidup di Simalungun. Demikianlah sehingga makinbertambah banyak marga di Simalungun. Tetapi meski demikian sejak dahulu hanya ada empat marga pokok diSimalungun yakni Sisadapur : Sinaga, Saragih, Damanik dan Purba.

Setelah raja-raja dikuasai Belanda sejakditandatanganinya Korte Verklaring (Perjanjian Pendek) tahun 1907 dan dihapuskannya kerajaan/feodalisme dalam aksiRevolusi Sosial tanggal 3 Maret 1946 sampai April 1947, peraturan tentang marga itu hapus di Simalungun.

Masing-masing marga kembali lagi ke marga aslinya dan ke sukunya semula.Jadi salah satu cara untuk mempertahankan identitas Simalungun adalah dengan mengetahui garis keturunan orangSimalungun itu sendiri dan berbudaya, beradat, berbahasa Simalungun agar tidak larut dengan etnis lain yang memilikikemiripan marga, budaya, bahasa dan adat-istiadat.

SIMALUNGUN BANGKIT DAN MAJU

Prof Amrin Saragih PhD, akademisi dari Universitas Negeri Medan merumuskan Simalungun Bangkitdengan sasaran sepuluh tahun ke depan yang harus dilakukan agar Simalungun jangan terlindas oleh kemajuan zamanini, seperti berikut ini :VISI SIMALUNGUNDalam kurun waktu sepuluh tahun ke depan ini, di tengah derasnya kemajuan dan era persaingan dan globalisasi,seluruh komponen masyarakat etnis Simalungun harus bersatu padu menjadi komunitas etnik yang padu, cerdas danmadani untuk mencapai kemajuan dalam bidang spritual, ekonomi, politik, sosial budaya dan pendidikan dalam kontekssosial nasional dan global.

Komunitas ini yang dinamakan Simalungun Baru.

MISI SIMALUNGUN

Untuk mencapai visi itu sejumlah upaya berupa misi dari Simalungun perlu dilakukan yang mencakup: 1). Menyatukan ahap Simalungun secara konseptual dan operasional, 2) Mencerdaskan (kognisi, afeksi, keterampilan dan spritual) Simalungun melalui sarana pendidikan, 3) Mengembangkan pemikiran demokrasi dan egalitarian dalam komunitas Simalungun, 4) Mengharmoniskan hubungan suku Simalungun dengan suku lain, 5) Berperan dalam pembangunan nasional dan 6) Ikut serta dalam pengembangan peradaban dunia.TUJUANKomunitas Simalungun baru itu diharapkan mencapai tujuan sebagai berikut: 1) Terbentuknya institusi yang berfungsi merealisasikan ahap dan budaya Simalungun dalam berbagai bidang sepertipendidikan, kesenian dan perekonomian, 2) Tersedianya ilmuwan dan cendikiawan Simalungun, 3) Terbentuknya kohesi dan koherensi Simalungun dengan etnik lain, 4) Tersedianya publikasi yang berkualitas baik tentang Simalungun, 5) Partisipasi Simalungun dalam pembangunan bangsa dalam konteks global.Untuk mencapai visi, misi dan tujuan Simalungun ini, diperlukan prasyarat sebagai berikut: 1) Figur pemersatu yang mampu mengayomi semua orang Simalungun dengan segala keberagamannya (agama, latardaerah, pendidikan, gender, generasi, dan lain-lain), 2) Institusi pendidikan yang handal dan berkualiatas, 3) Kekuatan ekonomi yang memadai, 4) Dukungan dari seluruh warga Simalungun.

PENUTUP

Demikianlah paparan ini semoga bermanfaaat khususnya kepada generasi muda suku bangsa Simalungun agar jangantertindas oleh pengaruh penetrasi budaya asing yang mengancam keberadaan identitas etnis Simalungun sebagaisima-sima ni na lungun dari Kerajaan Nagur. Mari kita Sapangambei Manoktok Hitei(Bekerja bersama-sama, sama-sama bekerja) membangun Simalungun Tanoh Habonaran do Bona ke arah kemajuanmental, spritual di segala bidang. Horas. (Penulis adalah Pengurus DPP Presidium Partuha Maujana Simalungun/o)
Selanjutnya

Nappuna Blog
Sejarah Batak
Sejarah Batak II
Kesultanan Batak
Sejarah Pakkat (Rambe)
Dinasti-dinasti Batak
Arsip Bakkara
Guru Patimpus
Pendidikan Batak
Simalungun
Mau Belajar Aksara Batak?? Klik Di sini