Breaking News

Peradaban Batak, Punah?

Pada tahun 1980, terbit satu film komedi yang berjudul The Gods Must Be Crazy yang artinya para dewa pasti sudah gila. Film ini disutradarai dan ditulis oleh Jamie Uys. Dalam film ini kita bisa mengikuti perjalanan seorang primitif di gurun Kalahari yang pertama kali menemukan suatu bentuk teknologi, dalam rupa sebotol kaca yang dia pikir jatuh dari langit. Dari alur dan sekuel film selanjutnya, kita bisa menyerap beberapa hal yang lucu dan fundamental pada sikap manusia dalam menghadapi sesuatu bentuk atau perihal yang tidak biasa dalam kehidupannya.

Dalam konteks yang hampir sama, kita juga bisa membayangkan kejadian sebagai berikut: Apa gerangan yang akan terjadi, apabila ada seorang primitif yang iseng-iseng menggali tanah di dekatnya, dan setelah sekian lama dan cukup dalam menggali, tiba-tiba dia menemukan suatu benda kecil mengkilat yang biasa saat ini kita sebut sebagai handphone-PDA? Kita bisa membayangkan, manusia primitif tersebut pasti akan merasa aneh dengan bentuk temuannya itu. Dia mungkin akan merasa senang, bangga dan mempertunjukkan benda temuan nya itu kepada kerabatnya, berusaha membuat kerabatnya yang lain iri akan benda temuannya tersebut.

Selanjutnya, apa gerangan yang akan terjadi, apabila handphone-PDA yang dia temukan dan pegang tersebut tiba-tiba menyala, bergetar dan berbunyi nyaring di genggaman tangannya? Peristiwa yang bisa terjadi adalah, mereka akan heboh, ketakutan, berteriak, berlarian, berjumpalitan, atau bahkan ada saja yang langsung menyembah handphone PDA tersebut karena mereka anggap sebagai benda sakti dari alam gaib. Namun dari sekian orang primitif itu, boleh jadi ada yang penasaran dan diam-diam nekat mengutak-atik benda itu, dan berusaha untuk mengerti dan memahaminya, walaupun ada perasaan gentar dan khawatir dalam dirinya.

Dalam dunia nyata, peristiwa yang mirip juga terjadi pada kita saat ini. Dahulu, orang barat masuk ke tanah Batak dan melihat banyak sekali praktek ritual yang dilakukan oleh masyarakat Batak. Masyarakat Batak pada saat itu melakukan ritual sebagai aktifitas normal dan dilakukan secara turun-temurun, namun orang barat malah menilainya aneh. Orang barat menganggap ilmu masyarakat Batak tersebut adalah ritual sihir yang menghasilkan fenomena, yang jelas tak masuk di akal mereka.

Selama ribuan tahun, semua ilmu masyarakat Batak dirangkum dalam buku yang disebut sebagai Pustaha berupa buku kulit kayu. Pustaha berisi pegangan dan petunjuk bagi para datu atau guru, yaitu para ahli ilmu gaib. Pustaha Batak berisi 3 bagian besar ilmu pengetahuan, yaitu Ilmu yang menyambung hidup, Ilmu yang menghancurkan hidup, dan Ilmu Nujum (ref 1).

Orang barat menilai ritual masyarakat Batak tersebut sebagai praktek sihir karena tingkat ilmu pengetahuan dan nalar orang barat pada saat itu belum sanggup menjelaskan fenomena tersebut secara rasional. Padahal, masyarakat Batak pada saat itu telah ribuan tahun menerapkannya. Masyarakat Batak punya konsep dan kamus ilmu pengetahuan yang unik dalam menjelaskan fenomena tersebut.

Ritual tersebut sudah diterapkan secara turun-temurun dan normal saja bagi masyarakat Batak pada saat itu, kira-kira siapakah yang menurunkannya pertama kali?
Yang jelas, dahulu kala ada pihak yang mengajarkannya kepada leluhur nenek moyang Batak dan generasi selanjutnya menerapkan ilmu tersebut begitu saja, tanpa banyak tanya.

Pustaha tersebut ditulis dalam aksara Batak atau Surat Batak. Masyarakat Batak termasuk masyarakat yang sudah amat tua di muka bumi ini, sama tuanya dengan bangsa Assiria, Kaldea bahkan Mesir Kuno. Masyarakat yang telah memiliki kemahiran menulis aksara adalah masyarakat yang telah tinggi peradabannya, dan maju.

Berabad-abad sebelum Masehi, selat Malaka telah digunakan oleh para pedagang Arab sebagai jalur pelayaran dan perdagangan barang dari Tiongkok, Sumatera dan India ke pelabuhan Yaman. Dari Sumatera, komoditi yang paling utama diperjualbelikan adalah rempah-rempah. Komoditi ini merupakan bahan yang amat penting bagi masyarakat Arab di Saba’. Kerajaan Saba’ berkuasa di Arab antara tahun 950 – 115 sebelum Masehi. Komoditi lain seperti kapur barus, yang banyak digunakan untuk mengawetkan mummi yang disimpan di dalam piramid pada Zaman Kerajaan Mesir Kuno (Firaun), ternyata berasal dari Barus, suatu area di Pulau Sumatera. Kawasan Sumatera telah ribuan tahun lamanya dihuni oleh masyarakat yang sudah amat maju peradabannya, dan Batak adalah salah satunya.

Berikut terjemahan cuplikan pernyataan James F. Eder, University of California Press, tentang masyarakat Batak: Who are these people and what do they believe in? About a thousand years ago the very best bits of Sumatra were governed by the Srivijaya Empire which was Indian in its origin and Hindu in its following. In the 1300's the Javanese threw the Srivjayans out and set up their very own empire with the predictable name of the Javanese Empire, but neither of them found the Bataks. That was because The Bataks had wisely left the best bits of Sumatra to the empire builders and wreckers, and kept themselves hidden in the unexplored north of the island. They had a basic religion of their own, they were happy with it, they understood it and got on with it in their own way. Although they avoided detection for as long as possible the good times could not last forever. The next conquest of Sumatra was by the Europeans in the 1500's and this proved to be the beginning of the end for the Bataks. At the time the Europeans were cheerfully running their own invasion business under the name of professional exploration. They found Sumatra, threw out the Javanese and set up business, eventually, as The Dutch East India Company, and not content with just the good bits of the island, the Dutch went off into the hills to look for someone else to conquer. Where they found the Bataks. The invaders were only truly happy when every member of the newly discovered indigenous population was either killed, raped, enslaved or at the very least converted from their unknown and misunderstood heathen idolatry to the new western idolatry. It was useless for The Bataks to try to explain their own view of the-true-meaning-of-life because the good Christian missionaries had God (and an invading army) on their side, and saw the destruction of an established culture as a perfectly legitimate way of carrying on. Provided of course, it was the missionaries and the invading army that were doing the destroying. Before the Batak culture was completely wiped out, someone managed to jot down what the Bataks themselves believed in.

Sejak saat itu, orang barat (pihak Eropa) yang berdatangan ke tanah Batak menganggap ritual Batak asli sebagai praktek sihir dan mereka menjadi khawatir sekali. Mereka menilai masyarakat Batak sebagai pelaku sihir, dan bagi orang barat saat itu, pelaku sihir adalah sama dengan penyembah berhala. Orang barat saat itu berpendapat bahwa penyembah berhala harus dihilangkan dari muka bumi ini oleh karena mereka merupakan ancaman besar bagi usaha perluasan dan kolonisasi kerajaan Eropa.

Masyarakat Batak pada saat itu bukan lah penyembah berhala. Masyarakat Batak dahulu adalah penyembah Debata Mulajadi Na Bolon, artinya Tuhan Maha Besar Pencipta Alam Semesta. Dalam kehidupan sehari-hari, hubungan sosial di lingkungan masyarakat Batak telah diatur secara jelas dalam tata krama yang tertuang dalam prinsip sakral Dalihan Na Tolu.

Persepsi Orang Barat Terhadap Ritual Batak Asli

Mengapa orang Barat menilai ritual batak tersebut sebagai sihir/magic? Apa makna kamus dari kata sihir/magic tersebut? Menurut kamus Webster, kata sihir/magic diterjemahkan sebagai penggunaan mantra tertentu yang diyakini mengandung kekuatan supernatural yang dapat melebihi kekuatan alam.

Banyak definisi lain yang bisa kita dapatkan dari kamus lain, namun ada baiknya kita melihat beberapa perkembangan teknologi yang sudah dicapai oleh manusia pada masa ini:

1. Rekayasa Genetika
Perihal Kloning. Pada tahun 2004, sekelompok ilmuwan yang dipimpin oleh Woo Suk Hwang dari Seoul National University di Korea, menyatakan telah berhasil mengembangkan 30 klon embrio manusia. Laporan hasil percobaan mereka dipublikasikan di jurnal Science.

2. Artificial Intelligence - Robot
Perihal ASIMO – Suatu Robot AI Humanoid. AI (singkatan dari Artificial Intelligence, Kecerdasan buatan) adalah studi tentang komputasi mesin yang memungkinkannya untuk bernalar dan membuat keputusan sendiri. ASIMO adalah robot humanoid yang diciptakan pada tahun 2000 oleh Honda Giken Kogyo Kabushiki Kaisha. ASIMO dinyatakan sebagai robot humanoid pertama yang dapat bergerak seperti pola manusia.

3. Teknologi telekomunikasi dan kelistrikan
Perihal Nikola Tesla. Nikola Tesla adalah seorang insinyur kelahiran Croatia yang menemukan listrik AC (Alternating current). Tesla pindah ke AS tahun 1884, dan bekerja untuk Thomas Edison dan selanjutnya justru menjadi pesaing Thomas Edison, khususnya dalam teknologi sistem listrik DC (Direct Current). Pada waktu itu, Tesla bertugas untuk merancang genarator AC yang dipasang di air terjun Niagara. George Westinghouse membeli hak paten induksi motor temuan Tesla, yang selanjutnya dikembangkan oleh George menjadi dasar pengembangan sistem Westinghouse yang mendasari industri kelistrikan modern yang kita nikmati saat ini. Penemuan Tesla memungkinkan dunia sekarang bisa memiliki teknologi komunikasi nirkabel, mesin fax, radar, termasuk misil yang dikendalikan radio. Tesla juga menemukan suatu bentuk teknologi supercanggih dalam transmisi listrik berkekuatan besar, yang salah satu percobaannya telah menyebabkan gempa berkekuatan besar yang mengguncang New York beberapa mil di sekitar laboratoriumnya.

Hal di atas baru sebagian dari perkembangan teknologi canggih yang muncul pada zaman ini. Masih ada lagi teknologi lainnya seperti Nuklir, Laser, Kirlian, dan bentuk – bentuk penemuan canggih dan aneh lainnya. Teknologi ini masih akan terus berkembang semakin canggih dalam akselerasi yang eksponensial. Dalam waktu dekat, bentuk teknologi ini memang masih aneh bagi sebagian besar orang awam, namun apakah keanehan ini membuat kita menilai bahwa penemuan praktis dan nyata ini sebagai sihir? Kita barangkali tidak menyadari bahwa perangkat teknologi yang kita gunakan saat ini adalah hal yang aneh dan gaib untuk masyarakat yang masih primitif. Masyarakat primitif akan menganggap sakti peralatan canggih yang kita gunakan saat ini.

Dahulu orang barat datang ke tanah Batak dan menyebut ritual Batak sebagai sihir. Saat ini kita melihat perkembangan teknologi aneh orang barat, namun kita tidak menilainya sebagai sihir? Kita boleh cukup merenungkan perihal kontradiksi realitas ini di dalam nurani kita masing-masing. Orang barat pada saat itu hanya melihat ritual Batak dari segi prosesi ritualnya, bukan esensi dan kegunaannya. Orang barat pada saat itu tidak bisa menikmati manfaatnya, karena mereka tidak mau menjalani ritual dan mempelajari juklaknya.

Sejak saat itu, masuklah segala macam aspek peradaban orang barat ke tanah Batak, baik secara paksa melalui perang maupun dengan cara yang lain. Apa akibatnya? Akibatnya, masyarakat Batak yang aslinya dahulu sudah maju, akhirnya harus memulai lagi segalanya dari awal dengan mengacu pada konsep peradaban orang barat. Peradaban barat tersebut membuat masyarakat Batak menjadi tidak mengindahkan lagi ilmu pengetahuan leluhur asli nenek moyang yang sudah ribuan tahun lamanya. Pada saat itu, perhatian masyarakat Batak telah dialihkan dan beralih.

Apa akibat selanjutnya? Selanjutnya, banyak situs, artifak, prasasti dan benda berharga lainnya di tanah Batak yang hancur atau berpindah tangan/terjual ke bangsa lain. Ini merupakan hal yang amat disayangkan.

Sebagai contoh, di museum Bremen Jerman, terdapat satu Pustaha yang berisi ilmu pengetahuan bernama Poda Ni Si Aji Amis. Ilmu ini dahulu biasa digunakan di saat perang (dalam bahasa Batak kuno, perang disebut sebagai bisara na godang, yaitu adat yang mulia). Di dalam Pustaha ini disebutkan tentang ilmu yang dikandung oleh seorang Batak yang bernama Guru Habinsaran Hata Ni Aji dari Silaga-laga. Guru ini tidak pernah kalah dalam berperang. Literatur asli Batak kuno ini diberi kode Pustaha A12332.

Selain itu, ada lagi literatur Batak kuno asli yang diberi kode Pustaha 4301. Pustaha ini berisi ilmu yang dikandung oleh Pangulubalang si Bahir Bangke. Beliau bersabda dalam Pustaha tersebut sebagai berikut: Aku adalah Pangulubalang Si Bahir Bangke (roh yang dipelihara oleh datu untuk menghancurkan musuh).

Ilmu pengetahuan ini merupakan strategi perang yang ampuh dalam menghadapi musuh. Pengetahuan ini milik Batak kuno asli, sekarang disimpan di Jerman. Ini baru sebagian kecil dari ilmu pengetahuan Batak kuno asli yang dianggap sihir oleh orang barat dahulu.

Banyak para pedagang benda peninggalan tersebut tidak memahami kegunaan fundamental dan sistemik semua benda tersebut. Mereka memperdagangkannya semata untuk kepentingan koleksi dan bisnis. Mereka tidak menyadari bahwa peninggalan nenek moyang Batak tersebut mengandung rahasia ilmu pengetahuan dari zaman dahulu kala, tentang rahasia manusia dan rahasia banyak hal di dunia ini. Mereka tidak mengerti dan tidak tahu sama sekali akan konsep ilmu pengetahuan yang terkandung di dalam peninggalan leluhur nenek moyang Batak tersebut. Sebagian besar peninggalan nenek moyang Batak tersebut telah hancur atau berpindah tangan kepada bangsa lain di tempat lain. Sebagian kecil masih ada yang tetap di tempatnya, atau disembunyikan oleh orang tertentu yang memahami makna pentingnya peninggalan tersebut dan menjaganya.

Kembali kepada ilustrasi orang primitif yang menemukan handphone-PDA tadi di awal, muncul satu pertanyaan mendasar yang jawabannya bisa kita renungkan bersama, yaitu: Masyarakat manakah sebenarnya yang primitif?
---Selesai---
Selanjutnya