Breaking News

Si Sorik: Mudar ni Jolma

Keturunan raja Marsundung adalah Marga Simanjuntak yang mempunyai anak empat yaitu: Parsuratan, Mardaup, Raja Sitombuk dan Raja Hutabulu.

Dari garis keturunan Raja Sitombuk ada yang bernama Tuan Guntar bermukim
di Tarabunga dan beranak cucu disana. Mengapa ada cucunya bermukim di Angkola? Begini ceritanya: Long-long years ago,Tuanku Rao(ponakan=bere Raja Sisingamangaraja) yang bermukim di Bonjol sangat terkenal dan sangat dihormati.

Kita tahu bhw Tuanku Rao ini tadinya mau dibunuh Raja Sisingamangaraja,sehingga dia menimpan dendam kesumat kepada Sisingamangaraja. Suatu hari Tuanku rao mengumpulkan prajuritnya untuk memerangi Sisingamangaraja. Dengan kekuatan penuh terjadilah perang sengit antara mereka dan Sisingamangaraja mengalami kekalahan.

Peristiwa ini terjadi di daerah Bakara.Setelah dia memenangkan pertempuran dengan
Sisingamangaraja,Tuanku rao pulang ke Bonjol dengan membawa seorang anak Sisingamangaraja yg bernama Raja Lambung. Disamping itu ikut juga dibawa 10
orang keturunan Sibagotnipohan.

Tuanku Rao adalah sahabatnya Sibagotnipohan. Seorang bermukim di Angkola (Sipirok), 3 orang di Padang sidempuan, 2(dua) orang di Padangbolak dan 4(empat) orang di Mandailing yang saat ini memakai marga Pohan.

Yang bermukim di Angkola lalu menikah dan isterinya melahirkan seorang anak yang bernama si Sorik. Cerita si Sorik ini sangat menyedihkan, dimana dia sudah yatim sejak kecil.Ayahnya meninggal dunia sebelum dia dapat melangkahkan kakinya.
Dia diasuh oleh seorang raja setempat di desanya.

Suatu hari sang raja membuat rumah gorga. Pada zaman itu,rumah gorga agar indah dipandang mata harus diwarnai dengan darah manusia. Jadi harus ada orang yg harus dibunuh,lalu darah tsb dibuat sebagai pewarna untuk ukiran2 (gorga). Sadis bangat ya..jaman dulu.

Tukang rumah tsb berkata kepada sang raja:"Bila rumah ini indah dipandang mata,harus ada darah manusia untuk ukiran rumah".

"Tapi darimana kita mengambil darah manusia"? tanyanya kepada sang raja.
"Jangan kuatir!"kata raja menjawab. Dia berpikir sejenak,lalu raja mendapatkan ide,Dia sdh memutuskan si Soriklah yang harus dibunuh. Malam hari tiba,dia menyuruh si Sorik tidur bersama dengan anak raja yang sebaya dengannya. Lalu raja berbisik kepada tukangnya agar anak yang sebelah kiri anaknya dibunuh nanti.

Tengah malam tiba,semua penghuni desa tidur lelap. Si tukang menghampiri anak pelan2 agar tidak kedengaran, lalu mengambil anak yg tdr sebelah kiri anak raja. Setelah berhasil membunuhnya tanpa mengeluarkan suara sedikitpun,lalu darahnya ditampung disatu tempat.

Malam itu juga mayat si anak dikubur agar tdk ketahuan oleh khalayak ramai. Tega
sekali tukang itu ya... Pagi harinya tiba, Sang raja dan isterinya bangun dan melihat si Sorik masih hidup. Dia kaget dan bercampur sedih.Dia bertanya-tanya dalam hati. Mengapa si Sorik masih hidup?. Untuk memastikan,dia dan isterinya
menggali kuburan anak yg dipotong itu, ternyata yg dibunuh adalah anak kandungnya
sendiri. Rupanya pada saat anak tersebut tidur, mereka bertukar tempat malam
itu, dimana anak raja itu berguling kesebelah kiri.

Raja dan Isterinyapun menangis sedih dan mengatakan kepada si tukang
agar membunuh sisorik lagi. Perintah pembunuhan itu didengar itonya si Sorik,lalu langsung membawa si sorik melarikan diri. Malam hari mereka berdua pergi ke hutan(tombak langa-langa). Disalah satu tempat mereka menemukan suatu sopo yang
atapnya sdh bocor. Dia menggendong Sorik masuk kesopo itu untuk beristirahat.

Malam selanjutnya mereka melanjutkan perjalanan.Mereka berdua selalu pergi malam
hari agar tdk ketahuan oleh suruhan raja.Si Sorik kadang2 digendong karena terlalu letih. Sungguh besar tanggung jawab kakaknya. Akhirnya mereka tiba dan menetap di Mandailing.

Selang beberapa waktu kakaknya berumah tangga dengan anak setempat,keluarga
inilah yang mengurus si Sorik. Si Sorik bertumbuh dewasa dan menikah dengan gadis pujaannya. Dia diberkati dengan harta yang melimpah dan makin terkenal.Dia selalu menceritakan peristiwa yang dialaminya dan bagaimana dia sampai ke mandailing. Orang
mengatakan: "Na hasongtian do i" artinya, Selalu dalam penyertaan Tuhan Yang
Maha Kuasa.

Dari kata "Hasongtian" menjadi "Hasution"(Nasution).Itulah marga keturunan si Sorik dan marga Pohan yang disana juga memakai marga Nasution, idem dengan "Dadimunte"

Salam

Walsinur Silalahi

Selanjutnya

Mau Belajar Aksara Batak?? Klik Di sini