Breaking News

Hotbonar Sinaga: Anggota Dewan Penasehat Masyarakat Ekonomi Syariah Jadi Dirut Jamsostek

Skenario Damai di Babak Akhir
Direksi Jamsostek dirombak total. Iwan Pontjowinoto terdepak dari kursi direktur utama. Tim baru tak lepas dari bayang-bayangnya.

TAK seperti dugaan banyak orang, rapat umum pemegang saham luar biasa PT Jamsostek, Jumat malam pekan lalu, berlangsung ”damai”. Padahal agenda rapat di kantor Kementerian Negara BUMN itu rada genting. Pokok acara tertuju pada upaya komisaris mendongkel Iwan P. Pontjowinoto dari kursi orang nomor satu di perusahaan asuransi milik negara itu. Sebuah buku yang memuat daftar ”dosa” Iwan pun kabarnya telah disiapkan komisaris menjelang rapat.

Dalam buku bersampul kuning setebal lebih dari 500 halaman itu, komisaris membeberkan berbagai tindakan Iwan yang dikualifikasikan melanggar aturan dan perundang-undangan. Tapi, belum sempat ”peluru” itu dimuntahkan komisaris dalam pembacaan keputusan rapat, Iwan keburu menyampaikan surat pengunduran diri.

Rapat menerima pengunduran diri Iwan dan menunjuk Hotbonar Sinaga sebagai Direktur Utama Jamsostek yang baru. Jebolan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia kelahiran Cipanas, Jawa Barat, 20 Mei 1949, ini sebelumnya lebih dikenal sebagai Ketua Dewan Asuransi Indonesia. Ia juga anggota Dewan Penasihat Masyarakat Ekonomi Syariah, membantu Iwan dan Menteri Negara BUMN Sugiharto di organisasi tersebut.

Pada saat yang sama jajaran direktur dan komisaris dibongkar total. ”Ini keputusan win-win solution,” kata sumber Tempo. Agar tak ada kesan pilih kasih, Sugiharto memang menerapkan skenario ”bumi hangus”. Semua komisaris dan direktur Jamsostek yang berseteru diberhentikan. Sebagai gantinya, diangkat orang-orang baru yang tak terlibat dalam perseteruan.

Begitulah, rapat hampir tiga jam yang dimulai pada pukul 19.00 itu berakhir dengan mulus. Pemerintah selaku pemegang saham dalam rapat diwakili oleh Muhammad Said Didu, Sekretaris Kementerian Negara BUMN, dan Pandu Djajanto, anggota staf ahli Kementerian Negara BUMN bidang tata kelola perusahaan. Sugiharto tak hadir. Ia memilih terbang ke Bantul, Yogyakarta, bersama sejumlah wartawan, beberapa jam sebelum rapat digelar.

Penggantian pucuk pemimpin Jamsostek seolah menjadi babak penutup drama perebutan kursi orang nomor satu di perusahaan asuransi pelat merah ini. Kisruh sejatinya sudah meletup sejak Juli 2006, yang berpuncak pada pertengahan Januari lalu, ketika dewan komisaris yang diketuai Prijono Tjiptoherijanto mengeluarkan surat keputusan pemberhentian sementara Iwan sebagai Direktur Utama Jamsostek.

Tentangan terhadap Iwan juga datang dari anggota direksi lainnya dan serikat pekerja Jamsostek. Iwan dinilai tak bisa bekerja sama dan cenderung jalan sendiri. Untuk menengahi kemelut itu, Menteri Negara BUMN kemudian menunjuk bekas Direktur Utama Merpati, Wahyu Hidayat, sebagai wakil direktur utama sekaligus penjabat direktur utama (lihat Tempo, 4 Februari 2007).

Menurut sumber Tempo, mulusnya pelaksanaan rapat pemegang saham tak lain berkat skenario rapi yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Kira-kira skenarionya begini. Sesuai dengan rencana, agenda rapat adalah menentukan status surat keputusan komisaris tertanggal 19 Januari 2007 yang memberhentikan sementara Iwan Pontjo dari jabatannya dan menunjuk Andi Achmad sebagai pelaksana tugas direktur utama.

Berdasarkan skenario itu, diputuskan surat komisaris dinyatakan tidak sah. Sebab, berdasarkan audit Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan, tidak terbukti terjadi keadaan kritis dan mendesak di Jamsostek, yang memperbolehkan komisaris melakukan tindakan tertentu. Konsekuensinya, penonaktifan Iwan harus dicabut. Alumnus Teknik Sipil Institut Teknologi Bandung itu pun dikukuhkan kembali menjadi direktur utama.

Meski begitu, cerita tak berakhir di situ. Skenario berlanjut dengan pengunduran diri Iwan. Dalam rapat, ia bakal menyatakan tak bersedia lagi memimpin Jamsostek lantaran tak ada kekompakan dalam tim. ”Skenario ini dibuat untuk menghilangkan preseden bahwa direktur utama bisa dilengserkan oleh aksi unjuk rasa serikat pekerja,” kata sumber tadi.

Nah, agar suasana tak bertambah panas, perombakan total di jajaran direktur dan komisaris dirasa perlu dilakukan. Menurut Said Didu, perombakan total memang dimungkinkan lantaran masa jabatan komisaris telah berakhir pada Juli 2006.

Dalam rangka perombakan total itulah Menteri Sugiharto meminta komisaris mengusulkan nama-nama calon anggota direksi untuk diikutsertakan dalam uji kelayakan dan kepatutan. Sebanyak 18 nama kemudian disodorkan. Tiga komisaris dan dua direktur diusulkan untuk mengisi posisi direktur utama dan wakil direktur utama.

Dari jajaran komisaris, mereka adalah Suparwanto, Syukur Sarto, dan Didin Damanhuri. Sedangkan nama dari direksi adalah Tjarda Muchtar dan Andi Achmad M. Amien. Sisanya diusulkan untuk menempati posisi direktur. Mereka di antaranya berasal dari delapan kepala kantor wilayah dan tiga kepala divisi. Orang-orang inilah yang turut menandatangani mosi tidak percaya pada Juli 2006 dan meminta Menteri memecat Iwan Pontjo.

Kenyataannya, sebagian besar nama itu tak dipanggil untuk mengikuti uji kelayakan. Hanya beberapa kepala kantor wilayah yang dites. ”Kami nggak dipanggil, mungkin dianggap nggak perlu dites,” kata Syukur sambil tertawa.

Adapun usul nama-nama calon itu, Syukur menjelaskan, disusun oleh tim komisaris, yakni Prijono Tjiptoherijanto dan Suryo Sulisto. Kenapa ada yang tak dipanggil untuk fit and proper test? ”Itu urusan Menteri BUMN,” kata Suryo saat ditanyai.

Menurut sumber yang dekat dengan Kementerian BUMN, penjaringan nama-nama dari komisaris sesungguhnya sebuah jebakan. Sebab, dari situ bisa diketahui siapa saja orang dekat komisaris yang berhasrat menjadi direktur utama, wakil direktur utama, dan direktur.

Sugiharto selama ini dikenal sebagai orang dekat Iwan Pontjo. Ia pun mengantongi 10 nama lain yang diikutsertakan dalam uji kelayakan tersebut. Terhadap sinyalemen itu, Said Didu menampik. Menurut dia, penjaringan nama memang tak hanya dari komisaris Jamsostek, tapi juga dari Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi.

Apa pun jawabannya, yang jelas nama-nama anggota direksi dan komisaris baru Jamsostek telah dipilih. Menurut Said Didu, keputusan final diperoleh dari tim penilai akhir yang diketuai Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sehari sebelum rapat pemegang saham digelar.

Melihat komposisinya, boleh dibilang tim baru ini tak lepas dari bayang-bayang Iwan. Menurut salah seorang sumber, tiga di antara petinggi baru itu bahkan merupakan calon yang diusungnya. Mereka adalah Myra S.R. Asnar (direktur), Rahmaniah Hasdiani (direktur umum dan sumber daya manusia), dan Myra Maria Hanartani (komisaris). Sejumlah pejabat baru lain pun kabarnya masih orang dekat Iwan. Termasuk Indrasjwari (direktur investasi), koleganya semasa ia menjadi Direktur Utama PT Danareksa Investment Management.

Iwan kabarnya kini ditawari menjadi Komisaris Utama PT Telkom dan Direktur Utama Bank Tabungan Negara. Namun, saat dimintai konfirmasi, mantan Ketua Masyarakat Ekonomi Syariah itu memilih tak mau berspekulasi. Yang jelas, kata dia, pengunduran dirinya didasari pertimbangan sudah tidak ada lagi kekompakan dalam tim manajemen Jamsostek.

MD, Retno Sulistyowati

Petinggi Baru Jamsostek

Komisaris:

* Wahyu Hidayat (Komisaris Utama)
* Myra Maria Hanartani (Komisaris)
* Syukur Sarto (Komisaris)
* Haryadi S. Sukamdani (Komisaris)
* Rekson Silaban (Komisaris)
* Herry Purnomo (Komisaris)


Direksi:

* Hotbonar Sinaga (Direktur Utama)
* Myra SR. Asnar (Direktur Keuangan)
* Indrasjwari, K.S.K (Direktur Investasi)
* HD Suyono (Direktur Perencanaan, Pengembangan, dan Informasi)
* Rahmaniah Hasdiani (Direktur Umum & SDM)
* Ahmad Ansyori (Direktur Operasi dan Pelayanan)
* Dewi Hanggraeni (Direktur Kepatuhan dan Risk Management)

Sumber: Tempo