Breaking News

Oleh-oleh

MIE TIAU MEDAN

Hampir di setiap sudut kota Medan, ada saja restoran, warung makan, dan kaki lima yang menjajakan mie tiau (kuetiaw, Red.). Salah satu pedagang mie tiau terkenal di Medan adalah Machmud Siregar. Rumah makannya yang terletak di Jl Abdullah Lubis, persis di depan Masjid Abdullah Lubis. Selain mie tiau, Machmud juga menjual sekitar 76 masakan lain di warungnya.

"Dulu warung saya cuma sederhana saja. Namun, sejak tiga bulan lalu saya buka lagi warung baru di sebelah warung terdahulu. Bahkan seminggu ini saya ada program menerima pesanan untuk katering," ujar pria yang masih terlihat gagah ini.

Campuran bumbu kuetiaw hanyalah bawang putih, bawang merah, merica, cabe giling, dan jahe. Agar lebih sedap lagi ditambahkan daun bawang, kol, sawi, dan tomat. Semua bumbu itu ditumis lalu ditambahkan telur. Setelah itu baru dimasukkan mie tiau, kecap, dan bumbu penyedap.

Sebagai pelengkap, ditambahkan kerupuk, timun, dan ayam yang disuwir-suwir atau udang, dan bakso. Mie tiau biasa disantap bersama acar. "Acarnya harus dibuat sejak malam hari supaya meresap," jelas Machmud.

ES CAMPUR MEDAN

Salah satu penjual es campur Medan yang terkenal adalah pasangan suami istri Darbi dan Fadilah, warga Perumnas Simalingkar. Sehari-hari
ia jualan di Pasar Petisah Medan. Darbi yang tahun ini menunaikan ibadah haji bersama istrinya ini, sudah empat belas tahun menekuni usaha es ini. Mulai dari es campur, es koteng, es tebak, dan berbagai jenis juice.

Es campur Medan berisi cendol, lengkong atau cincau, delima, nangka, jagung, kacang merah, dan tape. Semuanya disantap bersama larutan gula aren dan santan. Menurut Ucok, dalam sehari es campur laku hingga 100 - 300 gelas. "Harga per gelas es campur Rp. 2000." Namun seorang pembeli yang sempat ditanyai Sedap Sekejap menyebutkan es campur buatan Darbi memang istimewa. "Gulanya tampaknya betul-betul gula aren asli. Santannya pun kental, jadi, terasa gurihnya."

BIKA AMBON

Bika Ambon sudah identik dengan kota Medan. Buktinya, para pendatang selalu menjinjingnya sebagai oleh-oleh. Tapi tahukah Anda bagaimana riwayat Bika Ambon ini? Menurut Joni (30), anak pengusaha Bika Ambon "Ati" yang sangat terkenal di Jl Mojopahit No. 11 J & F mengaku, ibunya termasuk perintis penjual bika ambon di Medan.

"Waktu itu, "Saya masih SD saya sudah bantu-bantu ibu berjualan di Pasar Petisah. Harga per potongnya saat itu cuma Rp. 50 saja dan sekotak Rp. 2.500. Sekarang sepotong sudah ada yang dijual Rp. 500 dan sekotak Rp. 25 ribu," jelas Joni lancar.

Walau riwayat kedatangan bika ambon di Medan sendiri tak begitu jelas. Tapi, lanjut Joni, "Ibu pernah bilang ada seorang warga Ambon yang merantau ke Malaysia membawa kue bika ini. Cuma, setelah tahu rasanya enak. Orang itu bukan kembali ke Ambon lagi, tetapi singgah di Medan. Sehingga sejak empat puluh tahun lalu bika ambon ini jadi terkenal di Medan," urainya.

Kini Anda dapat mencari bika ambon di kawasan Jl Mojopahit. Tak kurang dari 20 penjual bika ambon meramaikan jalan yang lumayan panjang ini. Begitupun bika ambon masih bisa dijumpai di Jl Asia, Jl Sumatera, Jl Kangkung, dan Jl Sekip. Bahkan, di setiap toko kue pasti ada bika ambon.

Jika hari biasa bika ambon Ati bisa terjual 50 - 100 kotak. Namun di hari besar seperti Lebaran atau Tahun Baru, omzet jualnya bisa sampai 3 kali lipat.

Joni sendiri tidak mengetahui mengapa orang begitu gandrung dengan bika ambon. Mungkin saja, katanya, karena rasanya manis dan gurih. Daya tahannya pun cukup lama. "Bisa sampai 4 hari, lo," tandasnya.

Untuk memudahkan para pelanggan, Joni sudah menyiapkan kotak khusus untuk mereka yang berminat membawanya ke luar kota. Ada yang muat untuk 2 dus kue. Ada pula yang sampai 10 dus.

SIRUP MARKISA

Sama seperti bika ambon, sirup markisa, pun dianggap sebagai oleh-oleh khas dari Medan. Adalah Suwandi Onggo (68) yang memulai usahanya membuat syrup di Jl Medan - Brastagi Km 62, Peceren Desa Sempa Jaya, Brastagi (Sumut). Onggo sendiri sekarang sudah meneruskan usaha pada anak-anaknya, Peggy dan Edwin Onggo.

Sirup markisa Onggo yang terkenal memakai nama Pyramid Unta. Awalnya, usaha ini dikelola orang Belanda. Namanya sirup Cap Kalkun. "Tetapi saat itu sirup markisa hanya dibuat sekadarnya. Sekarang kami mengolahnya dengan profesional. Maka namanya pun diganti jadi Pyramid Unta," jelas Peggy.

Buah markisa sendiri diperoleh keluarga Onggo dari Tanah Karo, asal domisili Onggo, Dairi, Samosir, Solok, dan Ujung Pandang."Di Tanah Karo tumbuhan ini malah kami budi dayakan, lo. Tetapi hasilnya masih terbatas. Karena itulah kami juga bekerja sama dengan petani dalam hal pengadaan bibit," kata Peggy.

Masih banyak sirup markisa lain yang beredar di Medan. Namun Peggy menyebutkan tak khawatir perusahaannya tergeser. "Soalnya kami selalu menjaga mutu. Gulanya adalah gula murni," tegasnya.

Kala markisa sedang musim, mereka mengumpulkan sari markisa. Sari ini diperoleh dari daging buahnya. Kalau sedang musim, sehari mereka bisa membuat 60 ton sari markisa. "Tetapi kalau sedang tidak musim, paling-paling 15 ton per hari," lanjut Peggy yang sudah memiliki 50 karyawan.

Untuk memudahkan orang membawa oleh-oleh markisa, Onggo sudah mempersiapkan sirup ini dalam bentuk DO. Hingga orang tak perlu menenteng markisa yang berat itu ke luar kota sebagai oleh-oleh. "Para pembeli tinggal menukarkan DO yang kami buat di kota tempat kita berada."

Selain sebagai oleh-oleh, orang Medan senang menyuguhkan sirup ini di kala Lebaran atau Tahun Baru. "Makanya permintaan di saat-saat itu atau di bulan puasa meningkat banyak."

Harga satu botol markisa Rp. 6.000. Markisa Super harganya Rp.8.000 per botol, sedang jus markisa harganya Rp. 6.000 per botol. Untuk dua liter sirup markisa kualitas super harganya Rp. 32.500 satu derigen.

Kini Pyramid Unta juga mengeluarkan sirup markisa dengan berbagai rasa, seperti orange, leci, melon, strawberry, dan rasberry. "Tetapi yang laku, sih, biasanya orange dan melon," ungkap Peggy.

Sejak tahun '95, sirup markisa sudah dijual di luar negeri seperti Inggris dan Singapura. Makanya, dalam sebulan mereka bisa menjual 300 - 400 lusin botol sirup markisa.

MI KELING

Meski resepnya asli made in India, masakan ini seolah sudah jadi hidangan khas Medan. Bahkan, kalau ada pelancong lokal maupun luar negeri mampir ke Medan pasti minta dibelikan Mi keling khas Medan ini.

Tetapi bagi Anda yang pendatang baru di Medan, jangan coba-coba mencari mi keling karena yang tertulis di gerobak hanyalah mi rebus. Jadi mengapa disebut mi keling? Penyebabnya cuma karena penjualnya adalah orang-orang Keling, dari kawasan selatan Negeri India.

Pedagang mi keling bisa ditemukan di seputar kawasan Medan. Seperti, Jl Pagaruyung yang sejak sore hingga pagi hari menjadi kawasan jajanan malam bagi masyarakat Medan. Salah satu penjualnya adalah Zainuddin. Ia menjajakan dagangannya di tepi Jl. Kartini, persis di belakang Hotel Tiara Medan.

Bahan dasar mi ala Zainuddin sama seperti mi rebus biasa. Namun ke dalamnya ditambahkan taoge, selada, irisan kentang, tahu, ketimun, telur, serta ditaburi seledri dan kerupuk. Sebagai pelengkap, bisa ditambahkan perkedel jagung atau rempeyek. Semua itu disiram dengan saus khusus.

Saus inilah yang memberi ciri khas pada mi keling. Bahan dasarnya terdiri dari udang giling plus bumbu-bumbu lain. Untuk mengentalkannya digunakan tepung kanji. Bumbu saus mi keling memang istimewa. Konon, resepnya juga asli diciptakan nenek moyang masyarakat Keling di India.

Menurut cerita ibu Zainuddin, resep ini memang diturunkan dari nenek moyangnya. Dulu, di India, mereka berusaha menciptakan jenis masakan yang murah dan praktis, sekaligus enak. Dengan meramu berbagai bumbu, terciptalah masakan mi ini.

Dari harga jual Rp. 1.000 sekarang Mi Keling sudah jadi Rp. 3.500 per porsi. Setiap hari dagangan Zainuddin bisa laku 200 - 300 piring. Untuk itu dibutuhkan kira-kira 10 kilogram mi. Satu kilogram mi bisa menghasilkan 15 piring. Tak jarang pula Zainuddin mendapat rezeki nomplok berupa pesanan borongan.

"Misal, untuk arisan atau pesta-pesta yang diadakan perusahaan. Biasanya, mereka pesan satu gerobak,lo," ungkap Zainuddin. Pada hari-hari khusus, seperti Lebaran, Tahun Baru, atau Imlek pesanan tambah banyak. "Kalau sudah begitu, saya harus kerja ekstra sampai-sampai tidak bisa tidur nyenyak. Tapi, begitulah yang namanya rezeki pantang ditolak. Apalagi datangnya, kan, tak rutin," papar Zainuddin.

Zainuddin dan para pedagang Mi Keling ini rata-rata mengatakan keuntungan yang diperoleh dari Mi Keling ini cukup untuk menghidupi keluarga mereka. "Berkat mi ini, kami bisa menyekolahkan anak-anak," kata Zainuddin. Warga yang sehari-hari tinggal di kawasan Kampung Keling ini juga sering mengajak anaknya ikut jualan. "Setidaknya,saya ingin meneruskan resep warisan nenek moyang kami ini," ujar Zainuddin.

NANI ARSIK, NANI LOMANG DAN IKAN MAS NATI NOMBUR

Nani arsik, nani lomang, dan ikan mas nati nombur, bukan hanya dijual di rumah-rumah makan khas daerah saja. Masakan khas daerah Batak ini juga sudah merambah ke restoran Kuta Raja di Hotel Tiara Medan. Bahkan, pihak hotel tak segan-segan menampilkan menu yang kabarnya jarang disediakan oleh rumah-rumah makan khas daerah di Medan.

Masakan khas Batak Toba ini bahan utamanya bisa dari ikan mas, ikan nila, ayam, atau daging. Nah, bumbu-bumbunya ini asli dari tetumbuhan Batak sehingga dia dinamakan masakan khas Batak. Misalnya, bawang Batak, arsik, andaliman, kincung, kemiri, lengkuas, kunyit, dan bawang merah. Cara memasaknya tergolong unik.

"Ikan arsik, misalnya. Masyarakat Batak biasanya memasak ikan ini tanpa dibersihkan sisiknya. Ikan dilumuri bumbu dulu baru diungkep sampai matang. Setelah matang pun, tidak boleh dibuka supaya keharumannya tetap terjaga," jelas Bachriun, executive cheff restoran Kuta Raja Hotel Tiara Medan, didampingi Femi Indriani, public relation officer.

Bahkan, lanjut Bachriun, akan lebih enak lagi kalau dimasak secara tradisional menggunakan kayu bakar. "Memasaknya cukup lama sampai-sampai tulang ikan pun hancur hingga bisa dimakan. Karena tulang ikan mas itu, kan, halus-halus,"jelas Bachriun mantap.

Nah, masakan Batak Toba yang bukan ikan, salah satunya adalah nani lomang. Bahan dasarnya ayam atau daging giling. "Digilingnya pun agak kasar, tapi jangan terlalu halus. Daging dimasak dengan campuran bumbu bawang putih, bawang merah, dan santan kental," kata Bachriun.

Setelah dicampur bumbu, lantas dimasak dalam bambu muda. Maksudnya, "Dibakar seperti lemang. Waktu masaknya relatif singkat. Cukup satu setengah menit. Makanya aroma bambu harus terasa," ujar Bachriun mantap.

Ikan Mas Nati Nombur mirip dengan arsik. Cuma bumbunya tanpa kunyit. Setelah bumbu digiling, lantas disiram di atas ikan dan siap dibakar.

Selain masakan khas Batak, juga ada masakan pepes ikan yang dipanggang dari Melayu. "Pepes ikan ini masakan khas Melayu. Ikan yang dipepes biasanya ikan sembilang, ikan patin, ikan jurung, tuka-tuka (pari kecil, Red.), dan ikan bawal. Pokoknya semua jenis ikan yang terdapat di sungai dan laut." Aku Bachriun yang diiyakan Taufiq Hidayat, food & beverage manager. Bumbu pepes ikan ini sama seperti memasak pepes ikan dari daerah lain.

Sumber: http://www.sedap-sekejap.com