Kerajaan Nagur
Seperti halnya kerajaan Batangiou, pusat pemerintahan kerajaan ini juga belum diketahui secara pasti. Pdt. J. Wismar Saragih Sumbayak menginventaris dua pendapat yang berbeda, yakni (1)"dekat Tigarunggu" dan (2)"dekat Nagaraja" dengan alasan di sekitar Nagaraja banyak perkampungan yang mengandung nama Nagur, seperti Nagur Bayu, Nagur Usang, Mariah Nagur dan Nagur Raja (sekarang Nagaraja). Pendapat yang lain lagi (Somen Purba, B.A.) mengatakan kerajaan Nagur berdiri di Dolok Silou. Sementara Taralamsyah Saragih Garingging dalam bukunya berjudul "SARAGIH GARINGGING" dengan tegas menyebutkan "Rumah Bolon Nagur" (dapat diartikan sebagai "Istana Nagur") di Nagurusang.
Pada masa jayanya kerajaan Nagur memiliki wilayah yang sangat luas, lebih luas dari kabupaten Simalungun sekarang. Wilayahnya membentang dari tepi timur Danau Toba sampai ke daerah pesisir pantai timur wilayah Sumatera Utara sekarang dan dari Hinalang di utara sampai ke wilayah kabupaten Asahan sekarang. Jadi, wilayah kabupaten Deli Serdang sekarang, pada awalnya juga masih dalam kekuasaan Raja Nagur sebelum didirikannya kerajaan Deli (1508) oleh marga Munthe yang akhirnya direbut oleh pendatang Maya-maya (sebutan orang Simalungun untuk suku bangsa Melayu).
Dengan berdirinya kerajaan Deli, serta ditaklukkannya penguasa-penguasa daerah pesisir pantai (dan dijadikan kerajaan-kerajaan kecil yang tunduk kepada pemerintah Aceh) pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda, wilayah Nagur semakin sempit.
Pada saat itulah muncul panglima tangguh di kerajaan Nagur, yakni Tuan Raya Simbolon, leluhur Raja Raya).