Breaking News

UFO di Medan (?)

29 Jan 07 17:37 WIB
Hanya Tiga Daerah Melihat
* Cahaya Misterius Ditanggapi Pakar Di Medan
Medan, WASPADA Online


Cahaya misterius pada Sabtu subuh (27/1) ternyata hanya terlihat oleh sejumlah warga kota Medan, Deli Serdang dan Serdang Bedagai. Peristiwa cahaya misterius itu tidak ada dilihat warga di daerah lain di Sumatera Utara dan Nanggroe Aceh Darussalam meskipun mereka sudah bangun untuk melakukan shalat subuh.

H. Anwar Bey, warga Desa Beringin, Deli Serdang, mengaku terkejut melihat pancaran cahaya dari langit itu. "Saya kira mau ada petir," katanya. Saat itu dirinya hendak melaksanakan shalat subuh di Masjid Jamik Beringin. Kepada Waspada, Senin (29/1), Anwar menyatakan, ketika hendak mengambil wudhu di rumahnya, dirinya secara tak sengaja menorehkan kepala ke langit dan terkejut melihat ada seberkas cahaya membelah langit, membuat suasana terang benderang seketika. "Seumur hidup saya baru kali ini melihat ada cahaya aneh seperti itu," akunya. Saat melihat itu, dia sempat terdiam dan penasaran.

Penglihatan H. Anwar Bey dikuatkan seorang ibu rumah tangga, Linda, warga Pantai Labu. "Saya sempat merinding saat melihat kemilaunya cahaya seakan turun dari langit." Saat cahaya itu terlihat, keremangan subuh langsung membuat benderang kota Pantai Labu dalam sekejap. "Setelah cahaya itu berlalu, suasana kembali gelap," akunya dengan sempat menduga, mungkin itu merupakan pertanda dunia mau kiamat.

Hal serupa dialami beberapa warga di Kab. Serdang Bedagai. Ewi, 27, warga Desa Pasar Bengkel, Kec. Perbaungan, Sabtu subuh itu mengira cahaya yang memancar adalah bintang jatuh. Warnanya, kata warga lain di Medan seperti diberitakan Waspada pada Minggu dan Senin lalu, beraneka ragam, bahkan ada yang mengaku cahaya masuk ke dalam rumahnya berwarna biru sehingga dia bergegas keluar rumah untuk melihat apa yang terjadi di luar rumahnya.

Tidak tahu menahu
Soal kehebohan sejumlah warga di tiga daerah tadi ternyata tidak terasa di beberapa daerah. Pasalnya, berdasarkan laporan yang Waspada terima dari Banda Aceh, Langsa, Aceh Timur, Aceh Tamiang, Langkat, Asahan, Tanjung Balai dan Padangsidimpuan, pada umumnya warga di sana tidak tahu menahu tentang cahaya misterius itu.

Demikian rangkuman hasil penjajakan yang Waspada lakukan di daerah itu, Senin (29/1). Pada umumnya berdasarkan penjajakan itu, tidak seorangpun warga yang mengetahui tentang fenomena alam itu. "Kami di sini tidak ada membicarakan itu dan sepertinya memang tidak ada yang tahu tentang hal itu," sebut seorang warga kota Banda Aceh, ibukota Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) yang dihubungi Waspada. Dia mengaku ada membaca tentang hal itu di Waspada dan sambil bercanda meminta untuk berhati-hati, mengingatkan pengalaman yang dialami di NAD tahun 2004.

Jawaban yang sama juga diperoleh Waspada dari daerah-daerah lain di atas. Para warga yang Waspada temui sama sekali tidak mengetahui tentang adanya sinar misterius di langit yang cahayanya menerangi bumi. Bahkan, sebagaimana direkam Waspada di Aceh Tamiang, yang dikhawatirkan warga saat ini adalah suara gemuruh yang sewaktu-waktu merupakan banjir susulan.

Tanggapan pakar

Sementara itu dua pakar di Sumatera Utara berbicara mengenai cahaya itu. Kedua pakar itu masing-masing Dr Ridwan Abdullah Sani, dosen Fisika dari Universitas Negeri Medan dan Prof Dr Syahrin Harahap, MA guru besar Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Medan. Namun keduanya mengaku tidak melihat peristiwa itu.

Menurut Dr Ridwan Abdullah Sani, benda bercahaya itu merupakan sebuah fenomena alam yang biasa terjadi di angkasa luar. Dan peristiwa itu tidak memiliki dampak apapun terhadap planet bumi dan kelangsungan hidup manusia.

Kata dia, dari sudut pandang ilmiah peristiwa semacam itu adalah biasa terjadi di antariksa. Kata dia lagi, kemungkinan besar benda bercahaya terang yang dilihat warga kota Medan adalah komet. Sebab benda angkasa luar ini cahayanya sangat terang. Begitupun, dia tidak pastikan seratus persen.

"Komet benda bercahaya terang berwarna putih dan bisa membias seperti warna pelangi. Terlebih lagi pagi hari cahayanya terlihat warna kemerah-merahan, hal ini karena pembiasan," tambahnya. Selain itu, jelasnya, ada fenomena alam yang lain mungkin terjadi sehingga terlihat menimbulkan percikan cahaya terang di langit ketika meteor memasuki atmosfir bumi.

Di mana dalam proses ini batu-batuan meteor bergesekan dengan atmosfir sehingga menimbulkan cahaya. Tetapi, cahaya yang ditimbulkan gesekan ini hanya cahaya biasa dan kecil. Sementara pengakuan warga yang sempat melihatnya cahaya itu terang benderang. " Jadi kecil kemungkinan apa yang dilihat warga adalah meteor,". Fenomena alam lain cahaya itu berasal dari cahaya planet Venus, Mercurius, dan Mars. Ketiga planet ini juga terkadang mengeluarkan cahaya, namun tidak seterang cahaya komet.

Menurutnya, dari ketiga fenomena alam itu yang paling mendekati ciri-ciri benda bercahaya yang dilihat warga itu adalah cahaya komet. Benda angkasa ini memiliki periode kemunculan tertentu dan tidak jatuh ke bumi. Misalnya komet haley muncul setiap 76 tahun, kohotek 81 tahun dan Mac Naugh 7 tahun sekali. Sekaitan dengan kejadian itu, Abdullah Sani mengatakan, secara ilmu pengetahuan cahaya yang dilihat warga Medan, tidak memiliki pertanda apapun. Dan hal itu hanya fenomena alam bisa.

Sementara Prof Dr Syahrin Harahap, MA, cendikiawan muslim yang merupakan guru besar IAIN Medan menyatakan, fenomena alam bisa terjadi dalam berbagai bentuk. Ada yang dikenali manusia secara jelas dan ada yang tidak dikenali. Manusia yang buta teknologi, gagap teknologi (gaptek) dan fisika astronomi akan menanggapi secara tradisional dan mistik, sehingga memunculkan kepercayaan macam-macan, pertanda bala, bencana dan bahkan dekatnya kiamat. Akan tetapi bagi orang yang melek teknologi, fisika-astronomi akan menyikapi secara rasional dan kekuatan iman.

Islam, katanya, lebih cenderung kepada sikap rasional dan melek teknologi, sehingga berbagai fenomena alam dilihat sebagai sunnatullah. Kalau dikaitkan dengan cahaya yang disaksikan sebagian warga Medan dan sekitarnya, boleh jadi sebagai meteor atau satelit, sebab 250 unit satelit milik negara asing dan Indonesia berseliweran di wilayah orbit bumi Indonesia, bahkan boleh jadi merupakan satelit pemantau, berkaitan dengan kerumitan persaingan teknologi nuklir dunia, dan lain-lain.

Syahrin menyarankan, sikap paling baik adalah kalau itu fenomena alam, maka ahli-ahli Indonesia perlu menelitinya lebih dalam. Kalau itu fenomena alam yang akan berakibat pada terjadinya bencana maka kita harus pasrah dan tawakkal. Tolak bala hanya dilakukan dalam bentuk istighfar, banyak bersedekah, dan tidak banyak bersilat lidah (bersifat hipokrit). Hal lain yang penting adalah tidak melecehkan hukum. Sebab kecenderungan melecehkan hukum menjadi penyebab munculnya musibah. Jadi bukan tolak bala dengan menyembelih hewan, mantra-mantra, menabur bunga, membakar kemenyan, dan lain-lain, yang merupakan kepercayaan animisme, sesuatu yang tidak ditolerir dalam Islam, demikian Syahrin.