Pemilik Rumah Makan
Mengaku Ditipu Panitia Protap
Medan WASPADA Online
Niat tulus Kapten Said, 36, ingin menolong sang mertua berbuah petaka bagi dirinya sekeluarga.
Malang memang tak dapat ditolak, untung pun tak bisa diraih, pepatah lama itu kini pantas ditujukan kepada keluarga Herlina, pemilik Rumah Makan Merpati, yang merupakan mertua Kapten Said.
Akibat pesanan 3.000 nasi bungkus diterima sang mertua, kini Kapten Said harus mendekam dalam tahanan Denpom, guna dimintai keterangan mengenai bagi-bagi nasi bungkus menggunakan kendaraan milik TNI saat terjadi demo menuntut pembentukan Provinsi Tapanuli, Selasa (24/4) di halaman gedung DPRDSU.
Tak tahu, apa harus dilakukan Herlina selain mengadukan penderitaan yang dialami keluarganya ini ke gedung wakil rakyat. Kamis (3/5) sore. Wanita berjilbab itu diterima anggota Komisi E DPRD Sumut, Ir H Bustinursyah dan Drs Mursito Kabukasuda. Sembari berlinang air mata, ibu paruh baya ini menceritakan kejadian apes yang dialami keluarga mereka.
"Ini semua hanya salah sangka, kasihan menantu saya jadi ditahan. Dia tidak salah Pak..., karena dia cuma ingin menolong saya. Apalagi akibat ini semua putri saya yang sudah hamil tiga bulan jadi keguguran. Padahal mereka sudah setahun lebih mendambakan anak," ujar Herlina.
Menurut Herlina seraya bersumpah Demi Allah dia mengaku tidak tahu kalau nasi bungkus dipesan, digunakan untuk makan pendemo Protap.
Apalagi, sebut Herlina, rumah makan dikelolanya di kawasan Jalan Gatot Subroto tepat di depan Kantor Kodam, sudah 20 tahun menjadi bisnis keluarga. Namun belum pernah sekalipun dirinya mau menerima pesanan nasi bungkus untuk kegiatan demo.
Herlina memaparkan, pada 22 April datang seorang wanita bernama Ida mengaku pegawai rumah sakit Mongonsidi memesan 3.000 nasi bungkus, namun katanya untuk perayaan HUT rumah sakit tersebut. Ketika itu Herlina diminta datang ke rumah sakit dimaksud untuk menerima panjar. Namun saat Herlina datang, petugas satpam mengatakan, Ida tidak ada di tempat. Herlina pun kembali pulang.
Sesampai di rumah makan miliknya dia kembali didatangi Ida, sembari wanita tersebut membayar panjar untuk pesanan nasi bungkus Rp10 juta dan kekurangannya Rp8 juta lagi akan dibayar saat nasi datang pada hari H, yakni 24 April.
Pada tanggal yang dinanti, 3.000 nasipun disiapkan. Namun tiba-tiba mobil angkutan milik rumah makan mogok. Beberapa karyawan rumah makan mencoba untuk menstarternya, namun tak juga berhasil, sedangkan waktu telah menunjukkan pukul 10.30 WIB. Akhirnya putri Herlina, Ayu Wulandari menelepon suaminya, Kapten Said yang bertugas di Jalan Putri Hijau Medan.
Niat Kapten Said untuk menolong sang ibu mertua akhirnya dilakukan tanpa pikir panjang. Dia langsung meminjamkan mobil truk milik TNI mengangkut nasi bungkus pesanan tersebut, beserta sopir dari pegawai sipil TNI untuk mengantar nasi ke alamat pemesan.
"Tapi demi Allah. Pesanan itu diantar sesuai dengan bukti bon ke rumah sakit Mongonsidi/Boloni. Saya juga tidak tahu kenapa bisa berbelok ke gedung DPRDSU dan rupanya dibagi-bagi untuk demo," sesal Herlina.
Kondisi ini tentu saja mengundang anggapan orang melihat, kalau demo menuntut pembentukan Protap ada kaitannya dengan militer. "Saya bersumpah tidak ada kaitannya nasi bungkus dengan TNI. Saya sangat menyesal karena saya juga telah dibohongi orang yang namanya Ida. Kalau tau pesanan demo saya juga tidak mau," kata Herlina.
Apalagi pengakuan Herlina dia sempat menelepon kembali Ida, sembari memohon pertanggungjawabannya. "Gara-gara pesanan nasi bungkus Anda, kami jadi susah." Namun menurut Herlina setelah mendengar ucapannya itu Ida langsung menutup teleponnya dan hingga kini nomor tersebut tidak lagi aktif.
Sementara yang lebih memperparah keadaan, di dalam truk juga terpantau salah seorang karyawan rumah makan Merpati menggunakan celana loreng. "Padahal ini semua tidak sengaja. Dia itu murni karyawan RM Merpati dan bukan TNI," ujar Herlina.
Menanggapi persoalan ini, dua anggota DPRDSU H Bustinursyah dan Mursito Kabukasuda mengaku turut prihatin.
"Saya sangat terenyuh. Seorang anak punya niat tulus membantu orangtuanya. Malah harus menerima kenyataan pahit seperti ini. Sebagai seorang Perwira saya harap Kapten Said bisa tegar dan tabah. Ini memang musibah," ucap Bustinursyah.
Dari penuturan wanita paruh baya tersebut kepadanya Bustinursyah bisa menilai TNI bersih dan tidak ada sangkut paut dalam demo Protap seperti apa telah menjadi opini masyarakat.
Namun kepada semua pihak, Bustinusyah lebih menekankan agar kejadian ini bisa menjadi pelajaran berharga untuk lebih berhati-hati melaksanakan tugas.
Hal senada disampaikan Mursito, juga merasakan tidak adanya keterlibatan Kodam dalam kasus demo Protap. Namun dia menekankan kepada aparat terkait untuk memeriksa dan mencari orang bernama Ida mengaku-ngaku pegawai RS Monginsidi. "Justru oknum tersebut telah melakukan penipuan hingga menyusahkan banyak pihak," ujar Mursito dari Partai Bintang Reformasi.