Orang Batak Berpuasa
"Orang Batak Berpala Baharuddin Aritonang
Rabu, 12 September 2007
JAKARTA (Suara Karya): Anggota Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Baharuddin Aritonang kembali meluncurkan bukunya yang kental bernuansa religius. Kalau sebelumnya dia meluncurkan buku berjudul "Orang Batak Naik Haji", kali ini pria kelahiran Simalungun, Sumatera Utara, 55 tahun lalu meluncurkan buku berjudul "Orang Batak Berpuasa".
Menurut Aritonang, kalau pada buku "Orang Batak Naik Haji" isinya lebih bernuansa humor, tapi dalam buku keduanya ini lebih serius. Buku ini lebih banyak bercerita tentang keanekaragaman hayati, khususnya di Tapanuli, yang dilengkapi dengan petunjuk ilmiah, khususnya bahasa latin, untuk membedakan antara satu jenis flora dengan yang lainnya.
"Tadi saya dikritik oleh teman - teman wartawan kenapa buku pertama judulnya naik haji, sekarang berpuasa. Padahal, kalau menurut urutan rukun Islam, harusnya puasa dulu baru ibadah haji. Teman wartawan itu bilang, jangan-jangan nanti (buku) yang terakhir judulnya 'Orang Batak Bersyahadat'," kata Aritonang disambut tawa hadirin dalam acara peluncuran buku di Gedung BPK, Jakarta, Selasa (11/9).
Mantan anggota DPR Komisi IX dari Fraksi Partai Golkar ini menjelaskan, penulisan judul buku tersebut tidak ada kaitannya dengan urutan rukun Islam. Ia hanya menulis seuai dengan dorongan hatinya.
Bahkan, menurut dia, tidak ada yang aneh dalam aktivitas orang Batak yang berpuasa.
Karena orang Batak yang berpuasa, di mata Allah SWT nilainya sama saja, bila melaksanakan ibadah puasanya dengan iman dan ikhlas. Bagi anak-anak Batak juga kegiatan berpuasa sama dengan anak-anak Jawa, Betawi, Dayak, Aceh, Madura dan suku lain. Seperti memancing di sore hari, main meriam bambu menjelang sahur, begadang membangunkan sahur dan lain-lain.
"Memang tidak ada yang aneh dari aktivitas orang Batak berpuasa, tapi buku ini memberikan pengertian dan makna yang lebih mendalam tentang puasa itu sendiri," kata Aritonang di hadapan kerabat dan kawan-kawannya yang umumnya orang Batak.
Mengomentari buku "Orang Batak Naik Haji", Ketua Dewan Syuro DPP Partai Kebangkitan Bangsa KH Abdurrahman Wahid mengatakan, berbeda dengan orang Batak yang berasal dari (Tapanuli) Utara dan beragama Kristen, hampir-hampir tidak ada catatan etnografis tentang orang Batak dari daerah Mandailing ke Selatan hingga perbatasan Sumatera Barat. Karena itu, penggambaran bagaimana orang Batak berpuasa punya arti sangat penting. "Sedikit banyak kita memperoleh pengertian tentang orang-orang Mandailing itu," katanya.
Mantan Rektor IAIN Azyumardi Azra mengatakan, salah satu kekuatan yang menonjol pada buku Baharuddin Aritonang ini adalah buku ini ditulis oleh orang yang berasal dari wilayah yang dalam persepsi sementara kalangan sebagai daerah non-muslim. Karena itulah, sangat menarik membaca periwayatan dari tangan orang pertama tentang bagaimana suasana Ramadhan di daerahnya atau di lingkungan etnisnya. Sedangkan, Parakitri Simbolon dari penerbit KPG (Kepustakaan Populer Gramedia) yang menerbitkan buku "Orang Batak Berpuasa" mengatakan, kagum pada Aritonang yang di tengah kesibukannya masih bisa meluangkan waktu untuk menulis buku.
"Waktu saya ingin menerbitkan buku ini banyak yang kaget juga. Tapi saya katakan, kenapa ketika di sejumlah daerah banyak terjadi kerusuhan etnis, sementara di Sumatera Utara tidak. Itu karena kami memang bersaudara dan unik," kata Simbolon.