Breaking News

Toge Penyabungan

Bulan suci Ramadhan memang membawa keberkahan bagi seluruh umat Islam yang menunaikannya. Keberkahan itu juga didapatkan oleh pedagang makanan yang setiap harinya menjajakan panganan untuk berbuka puasa.

Puluhan, bahkan ratusan jenis makanan dengan berbagai bentuk dan warna ditata secara apik guna menarik minat masyarakat untuk membelinya sebagai bekal berbuka puasa.

Setiap daerah masing-masing memiliki makanan khas yang dapat menjadikan ciri khas sekaligus menjadi bentuk kreativitas masyarakatnya dalam kreasi makanan.

Di Kota Medan dan sekitarnya, salah satu makanan yang khas tersebut ada yang bernama "Toge Penyabungan".

Meskipun namanya toge, tetapi Toge Penyabungan bukan dibuat dari tumbuh-tumbuhan yang merupakan kecambah dari kacang hijau tersebut.

Makanan yang sangat khas tersebut terdiri dari ketan hitam, tape ketan putih, lupis, candil, cendol dengan tambahan santan dan air gula aren.

Semua bahan tersebut disajikan menjadi satu sehingga disebut toge penyabungan, kata Zamanhuri, penjual toge penyabungan di Jalan HM. Yamin, Medan.

"Saya pun tidak tahun kenapa makanan itu disebut toge penyabungan," tambahnya.

Zamanhuri menjelaskan tentang cara memasak toge penyabungan yang membutuhkan waktu yang cukup lama.

Mulanya, yang perlu dipersiapkan terlebih dulu adalah tape yang terbuat dari ketan putih yang diberi ragi untuk diendapkan minimal selama sehari semalam.

Setelah itu, dimasak ketan hitam yang harus dikukus dengan jangka waktu sekitar 2-3 jam lamanya.

Setelah itu, dibuat lupis dengan cara mengukus ketan putih dibungkus daun pisang atau daun kelapa yang dibentuk segi tiga.

Proses memasak lupis itu juga memakan waktu yang cukup lama dan hampir tidak berbeda dengan memasak ketan hitam.

Selanjutnya, disiapkan candil yang dibuat dari tepung ketan putih dengan membentuknya bulat-bulat kecil dan dimasukkan ke dalam air yang mendidih.

Proses memasaknya relatif cepat, tergantung jumlah candil yang akan dimasak. "Hanya saja, proses adonannya yang agak lama, sekitar satu jam," katanya.

Sedangkan cendol dibuat dari adonan tepung terigu yang diberi air dan perasan daun pandan agar berwarna hijau yang menarik selera.

Adonan yang agak kental tersebut disaring hingga berbentuk butiran panjang yang dimasukkan ke dalam air mendidih.

Setelah semua itu selesai, baru disiapkan santan dan pemanis makanan yang dibuat dari air gula aren.

Jika hanya menggunakan satu kompor, proses memasak bahan toge penyabungan itu bisa memakan waktu sekitar 7-8 jam.

Namun, proses tersebut bisa dipercepat jika menggunakan kompor lebih dari satu, katanya.

Sebagai makanan khas berbuka puasa, toge penyabungan selalu laris manis dan diserbu masyarakat.

Setiap harinya bisa terjual sekitar 100 bungkus, kata Zamanhuri yang setiap harinya berjualan di depan Mesjid Perjuangan 45 di Jalan HM Yamin itu.

Dibantu istrinya, Butet, Zamanhuri mengaku sedikit kerepotan melayani masyarakat yang ingin membeli toge penyabungan tersebut.

"Apalagi, di awal bulan Ramadhan, (toge penyabungan) bisa laku sampai 200 bungkus," katanya yang menetapkan harga toge penyabungan Rp6 ribu per bungkus.

Zamanhuri mengaku tidak sendiri berjualan toge penyabungan di tempatnya berdagang yang berjarak sekitar 500 meter dari RSU Pirngadi Medan itu.

"Paling tidak ada lima pedagang yang berjualan toge penyabungan di tempat ini," katanya.

Ia juga menyatakan, hampir setiap lokasi berdagang yang menyajikan makanan berbuka puasa di Kota Medan menyediakan toge penyabungan.

Meski demikian, Zamanhuri mengaku tidak khawatir karena dagangannya tetap laris manis dan selalu dikunjungi masyarakat.

Penjualan hanya turun jika dalam kondisi hujan karena masyarakat sedikit yang keluar rumah untuk belanja, katanya.

Selain lezat, keistimewaan toge penyabungan dapat menambah tenaga setelah menahan lapar sejak pagi hari.

Selain itu, kata Zamanhuri, banyaknya kandungan ketan menyebabkan tubuh yang mengkonsumsinya menjadi hangat.

Meski sangat popular di Kota Medan dan sekitarnya, tetapi toge penyabungan cukup sulit didapatkan pada hari biasa di luar bulan suci Ramadan.

Toge penyabungan seakan-akan hanya dijual untuk dikonsumsi oleh ummat Islam yang ingin berbuka puasa pada bulan Ramadan.

Kondisi itu juga diakui Zamanhuri selaku penjual toge penyabungan pada bulan suci Ramadhan.

Sepengetahuan dia, hanya satu penjual toge penyabungan di Kota Medan yang tetap menjajakan makanan khas itu di luar bulan Ramadan, yakni di Jalan Letda Sujono Kecamatan Medan Tembung.

"Hanya di sana tetap tersedia (toge penyabungan) di luar bulan Ramadan," katanya menambahkan.