Breaking News

Ternyata, Gangguan Jiwa Bisa Menular

HUMBAHASTIMES -- Hati-hati, gangguan jiwa bisa menular, lho! Kalau tak menyadari gejalanya, orang di sekitar penderita kemungkinan tak bisa mengantisipasi dan akhirnya menderita gangguan yang sama.

Direktur Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Bandung Machmud mengatakan, gangguan jiwa yang menular itu adalah ciri paranoid, paranoid, dan schizoprenia paranoid. Biasanya penderita tak menyadari gangguan jiwa yang dialaminya.

Penderita ciri paranoid dan paranoid banyak beredar di sekitar kita karena biasanya mereka tak perlu dirawat inap di RSJ.

Orang yang menderita ciri paranoid adalah yang sering curiga, dengki, dan suka menjatuhkan orang lain. Mereka yang seperti ini harus diwaspadai. Orang di sekitarnya biasanya tak menyadari gejala tersebut sebagai gangguan jiwa.

“Orang tersebut berbahaya karena bisa menularkan gangguan jiwanya. Jika penderita berada dalam satu kelompok, ia bisa memengaruhi anggota kelompok lainnya,” ujar Machmud.

Machmud mencontohkan, jika ada sebuah kelompok sedang berdiskusi untuk membersihkan desa, orang berkepribadian ciri paranoid akan berpikir negatif, seperti menilai pertemuan tersebut mengada-ada dan hanya upaya mengangkat nama seseorang.

Sementara itu, orang berkepribadian paranoid biasanya memiliki tingkat yang lebih tinggi dari ciri paranoid. Ia sering menggosip dan berusaha menggagalkan gagasan orang lain. “Orang di sekitarnya yang tidak kuat bisa terpengaruh,” kata Machmud.

Machmud mengatakan, gangguan jiwa semacam itu bisa diderita oleh orang pintar dan berintelektual tinggi. Itu sebabnya banyak orang sering kali tak mencurigainya.

Jika menemukan orang berciri seperti dituturkan di atas, orang yang berada di lingkungannya harus bijaksana. Menurut Machmud, sebaiknya anggap mereka sebagai teman baik. Setiap kali ia mulai menggosip, mencurigai sesuatu secara berlebihan, tak mampu berpikir positif, apalagi berusaha menjatuhkan seseorang sebaiknya segera ganti
topik pembicaraan.

“Dengan seringnya kecurigaan dan pikiran negatif mereka diabaikan, lambat laun kesadarannya akan mucul. Salah satunya, munculnya rasa malu atas tindakan mencurigai atau menggosip yang ia lakukan. Rasa malu tersebut merupakan awal dari kesembuhan seseorang,” ujar Machmud.

Jika usaha mengalihkan topik tak juga mengubah kepribadiannya, sebaiknya bicarakan langsung kepada penderita dengan terus terang, namun dengan bahasa yang bijaksana.

Machmud mengatakan, orang berkepribadian ciri paranoid dan paranoid tak bisa dibiarkan karena mereka berpotensi menimbulkan paranoid massal jika di lingkungannya tak ada orang yang kuat mengatasi sikap dan pemikiran penderita.

Gangguan fisik
 
Orang berkepribadian ciri paranoid, paranoid, dan shizoprenia paranoid bisa ditemukan dalam lingkungan, termasuk lingkungan keluarga. Dalam kasus keluarga yang mengalami tekanan ekonomi, hal tersebut akan memperparah.

Misalnya, seorang istri yang paranoid dengan suami berpenghasilan kecil cenderung akan mencurigai suaminya tidak bekerja keras sehingga tak berpenghasilan memadai. Jika tak mampu diatasi, kecurigaan tersebut bisa bertambah parah dan memicu pertengkaran antara suami dan istri. Pertengkaran pada pasangan akan menularkan stres kepada anggota keluarga lain, termasuk anak. Anak perempuan biasanya menjadi lebih sensitif dan menarik diri dari pergaulan.

“Biasanya anak perempuan yang orangtuanya sering bertengkar takut keluar rumah,” ujar Machmud.

Selain itu, beban keluarga akan bertambah parah jika gangguan jiwa ini tidak diatasi sesegera mungkin. Sebab, gangguan jiwa mampu mengganggu kondisi fisik seseorang.
 
Kecemasan yang biasa diderita penderita gangguan jiwa akan menyebabkan nafsu makan berkurang, sementara asam lambung terus diproduksi. Akibatnya, penderita mengalami sakit mag.

Kecemasan juga mengganggu sistem hormonal dan mengakibatkan tekanan darah tinggi serta jantung berdebar. Selain itu, gangguan jiwa bisa pula menyebabkan stroke.

Untuk menghindari gangguan jiwa, Machmud mengatakan, cara efektif adalah tidak terlalu memikirkan kepentingan diri sendiri, namun mementingkan kepentingan orang lain. Hal tersebut mampu menangkal gangguan jiwa di sekitar kita. Susah namun bisa dicoba, kan? (sumber)