Breaking News

BUMDes Wajid Didirikan di Setiap Desa Secara Nasional, Ponggok Berubah Menjadi Terkaya

HUMBAHASTIMES -- Siapa yang tak kenal nama Ponggok. Desa yang terletak di Kecamatan Polanharjo, Klaten ini tentunya tak asing bagi wisatawan yang gemar berfoto di bawah air. Dari mulai anak Presiden Joko Widodo, Kaesang Pangarep, hingga pesepakbola Surabaya yang bermain di liga Malaysia, Andik Vermansyah, pernah menginjakkan kaki di desa yang terkenal dengan wisata air Umbul Ponggok tersebut.

Bahkan Ponggok kini menyandang predikat desa terkaya se-Klaten lantaran memiliki pendapatan asli desa (PAD) mencapai miliaran rupiah per tahun. Tak pelak, melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Tirta Mandiri, Ponggok menyabet penghargaan BUMDes terbaik Kategori Trendy dan BUMDes yang menginspirasi dari Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi pada November 2016 lalu.

Kepala Desa (Kades) Ponggok Junaedi Mulyono mengatakan, segudang prestasi Ponggok tersebut tidak begitu saja diraih secara tiba-tiba. Sebab, belasan tahun lalu, tepatnya pada 2001 Ponggok juga sempat menyandang inpres desa tertinggal (IDT). Padahal dengan letak geografis di dataran rendah lereng Merapi membuat Ponggok kaya dengan sumber mata air seperti umbul Ponggok, Besuki, Kajen, Kapilaler, dan Sigedang.

"Dulu memang potensi-potensi itu belum tergarap, belum dimaksimalkan. Nah lalu kita berbenah. Satu, dua, lima tahun ke depan tata ruang dan perencanaan Ponggok itu kita implementasikan dalam sebuah Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) atau mimpi masyarakat Ponggok, yakni mewujudkan masyarakat Ponggok yang sejahtera, punya penghasilan tetap dan mengangkat perekonomian," kata Junaedi yang menjabat sebagai Kades sejak 2006 ini.

Lantas anggaran desa tidak hanya fokus pada pembangunan fisik, namun juga dialokasikan untuk pengembangan dan penggalian potensi perikanan dan pariwisata. Umbul yang biasanya hanya digunakan untuk keperluan mandi dan mencuci mulai ditata dan dipercantik menjadi obyek wisata. Kolam ikan yang dulu hanya 2.000-3.000 meter persegi ditingkatkan menjadi 3 hektar setelah mendapat bantuan Dana Alokasi Khusus (DAK) khusus perikanan tahun 2008-2011.

Itu semua, lanjut pria yang akrab disapa Juned ini, tak lepas dari dibentuknya BUMDes Tirta Mandiri Ponggok pada 2009. BUMDes bertugas sebagai penggerak ekonomi di sektor riil dan keuangan dengan membuat sistem manajemen, sistem akuntansi, dan sistem marketing yang saat ini mengelola delapan unit usaha berbentuk PT. Perjuangan. Berbagai jenis usaha yang dirintis bertahun-tahun akhirnya menampakan hasil. PAD yang semula hanya puluhan juta per bulan pada 2006 kini meningkat signifikan.

"Dulu pada 2012 pendapatan kotor BUMDes Ponggok sekitar Rp 150 juta. Setahun kemudian meningkat menjadi Rp 600 juta. Kemudian 2014 melonjak Rp 1,1 miliar. Pada 2015 melebihi target yang ditentukan Rp 3,8 miliar menjadi Rp 6,1 miliar. Tahun 2016 dengan pimpinan BUMDes yang baru, target Rp 9 miliar terealisasi Rp 10,3 miliar. Tahun ini kami menargetkan BUMDes Tirta Mandiri meraup pendapatan Rp 12 miliar," tandas alumni Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) itu. (merdeka.com)