Kreasi Baru di Bisnis Wisata
ilustrasi |
"All the shine of thousand spotlight; will never be enough; towers of gold are still to little; Will never be enough,” nukilan lagu Never Enough theme song film The Greatest Showman yang mengalir dari suara salah satu penyanyi film tersebut saat gala dinner bagi dua ribuan agen asuransi Prudential Life Assurance di The City of Love: Paris, Perancis. Inilah special moment yang tidak pernah terlupakan bagi agen lapangan perusahaan asuransi terbesar di Indonesia tersebut. Momen spesial ini dikreasi oleh PT Panorama Tours & Travel Tbk bagi klien korporasi, seperti Prudential.
Kreasi unik lainnya seperti gala dinner di sebuah stasiun tua di Eropa, atau di situs Candi Prambanan, Yogyakarta. Kreasi-kreasi perjalanan dengan momen-momen gala dinner spesial ini merupakan racikan Divisi Khusus Incentive House Panorama untuk klien-klien korporasi. Perusahaan menawarkan berbagai produk unik dan tidak dimiliki perusahaan travel agent lain di dalam negeri bagi klien-klien korporasi yang memiliki program reward bagi karyawan mereka. Produk kreatif seperti inilah yang menjadi andalan bagi perusahaan travel agent untuk eksis saat ini.
Di era digital ini, bisnis travel agent terdisrupsi kehadiran perusahaan online travel agent (OTA) yang tumbuh subur belakangan ini. Di dalam negeri ada Traveloka, Tiket.com, Airy, dan lainnya yang menggerus pasar yang selama ini digarap para travel agent. Ambil contoh, penjualan tiket pesawat, kereta api, kapal laut, bus, hingga booking hotel dibabat habis pelaku OTA. Boleh dibilang, pelaku travel agent kalau tidak mempunyai produk andalan, seperti yang dilakukan Panorama, dipastikan bakal masuk liang kubur. Kenyataan inilah yang sedang dihadapi oleh 8 ribu agen wisata yang tergabung dalam Asociation of Indonesian Tours and Travel (ASITA).
Kenyataan yang sama juga dialami semua travel agent di kawasan ASEAN. Situs TTG Asia mengutip CEO Olympic Holidays di Malaysia, Adam Kamal, yang mengatakan bahwa beberapa tahun lalu, OTA hanya menawarkan jasa booking tiket (pesawat, kereta api, dan bus) dan hotel, tetapi belakangan ini mereka menawarkan secara paket mulai dari tiket perjalanan pulang pergi hingga penginapan, serta paket tur menarik dengan harga miring. Tidak ada pilihan bagi perusahaan travel agent kecuali bertarung dalam harga, pelayanan prima, dan produk khusus (niche product). "Mau tidak mau, kami mengembangkan paket wisata yang unik dan khusus, seperti adventure tourism,” ujar dia.
Memang tidak ada pilihan bagi tour operator di Indonesia dan kawasan ASEAN menghadapi OTA kecuali adu hebat dalam service dan niche product. Pemerintah Indonesia cq Kementerian Pariwisata terus mengolah 10 destinasi “Bali Baru” yang disusutkan menjadi empat destinasi wisata baru, yakni Danau Toba di Sumatera Utara, Labuan Bajo (Pulau Komodo), Mandalika, dan Borobudur. Pemerintah tengah fokus dalam memperbaiki infrastruktur di keempat destinasi wisata Bali Baru tersebut. Misalnya, bandara di Sibolangit direhab dan naik status menjadi bandara internasional. Di lokasi tersebut juga tengah dibangun home stay bagi para pelancong. Sekarang, tinggal bagaimana menjualnya.
Dengan hadirnya empat destinasi Bali Baru tersebut, para tour operator harus piawai mengolahnya menjadi paket tur yang menarik bagi wisatawan dalam negeri (wisnus) dan wisatawan manca negara (wisman). Di Borobudur, misalnya, kini mulai semarak wisata home stay. Pelancong bisa menginap di rumah penduduk dengan biaya inap yang tentu jauh lebih murah ketimbang di hotel sambil merasakan kehidupan warga desa di sekitar situs Buddha tersebut. Pengalaman ini sudah barang tentu membawa sensasi tersendiri bagi pelancong wisnus, apalagi wisman. Kreasi produk wisata yang unik seperti ini yang perlu dikembangkan baik di Danau Toba, Labuan Bajo, maupun Mandalika.
Para tour operator juga kudu jeli dalam membaca selera pasar. Ambil contoh, wisman asal China. Menurut catatan Sekretaris Jenderal World Tourism Organization (WTO), Taleb Rifai, pelancong asal China merupakan yang terbesar di dunia. Diperkirakan sekitar 135 juta penduduk China melakukan perjalanan wisata ke luar negeri. Dari jumlah itu, yang singgah ke Indonesia sebanyak 1,9 juta orang pada 2017. Sebagian besar turis Mainland itu masih menuju Bali yang dinilai eksotis. Sekarang, tinggal bagaimana membawa turis Negeri Bambu itu agar mau singgah di empat destinasi Bali Baru. Di sinilah diperlukan kreasi produk yang unik yang unforgetable sehingga mereka mau berkunjung kembali.
Meski obyek wisata di Sumatera Barat (Sumbar) belum termasuk 10 Bali Baru, namun Pemerintah Daerah (Pemda) dan ASITA Sumbar melihat potensi asal China ini dan siap bersaing. Selain membidik wisman asal India dan Timur Tengah, Pemda Sumbar dan ASITA Sumbar pun mulai kepincut untuk menarik minat pelancong China tersebut. Salah satu obyek wisata yang disiapkan seperti wisata bahari di kawasan terpadu Wisata Mandeh. Dalam hal kuliner, wisman Asia termasuk asal China umumnya tidak mengalami persoalan dengan masakan Padang. Namun, ASITA setempat bekerja sama dengan Persatuan Hotel Seluruh Indonesia (PHRI) Sumbar menyediakan menu khusus yang disesuaikan dengan lidah wisman China. Dengan berbagai persiapan ini, Sumbar siap menjadi destinasi bagi wisman China.
Setiap tahun, Travel & Leisure melakukan survei kepada pelancong global. Mereka diminta berpendapat terkait pengalaman berwisata di seantero jagad yang bersentuhan dengan hotel, resort, kota, pulau, kapal pesiar, spa, maskapai, dan lainnya. Dari survei ini, diketahui bahwa jenis tur yang digemari pelancong global memang sesuatu yang unik. Misalnya, travel agent seperti DuVine Cycling & Adventure Company menawarkan paket wisata berpelesiran dengan sepeda di pedalaman Eropa. Dalam tur bersepeda itu, pelancong menikmati kawasan kebun anggur dan produsen wine dunia. Kepiawaian tour guide yang melebur menjadi bagian dari keluarga pelancong menjadi catatan tersendiri. Dengan fasilitas penginapan dan menu makan yang oke punya selama tur, komentar ini disampaikan pelancong, “We love biking with DuVine.”
Sebagaimana DuVine, begitu pula yang dilakukan Panorama Tours yang menyuguhkan unforgetful gala dinner di Paris, atau Olympic Holidays yang menawarkan adventure tourism. Para tour operator lainnya memang mesti terus mengkreasi paket-paket wisata baru yang unik dengan sensasi experience baru. Hal inilah yang membuat mereka tetap eksis di percaturan bisnis wisata. (sumber)