Menggiurkan, Ketika Investor Asing Borong Saham Pertambangan di Bursa Indonesia
ilustrasi |
Pada penutupan perdagangan saham, Kamis (15/11/2018), IHSG melonjak 97,44 poin atau 1,66 persen ke posisi 5.955,73. Indeks saham LQ45 menguat 2,21 persen ke posisi 946,23. Seluruh indeks saham acuan kompak menguat.
Sebanyak 226 saham menghijau sehingga mengangkat IHSG ke zona hijau. Sedangkan 152 saham melemah dan 135 saham diam di tempat. Pada perdagangan Kamis pekan ini, IHSG sempat berada di level tertinggi 5.960,39 dan terendah 5.880,21.
Transaksi perdagangan saham cukup ramai. Total frekuensi perdagangan saham 422.667 kali dengan volume perdagangan 11,3 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 8,2 triliun. Investor asing beli saham Rp 1,01 triliun di pasar regular. Posisi dolar Amerika Serikat (AS) berada di kisaran Rp 14.804.
Sebagian besar sektor saham menghijau kecuali sektor saham tambang melemah 0,21 persen. Sektor saham aneka industri menguat 3,72 persen, dan cetak penguatan terbesar.
Disusul sektor saham infrastruktur mendaki 2,78 persen dan sektor saham manufaktur menanjak 2,03 persen.
Saham-saham yang membukukan penguatan terbesar antara lain saham SURE melonjak 24,67 persen ke posisi Rp 2.350 per saham, saham KPAS menanjak 24,47 persen ke posisi Rp 585 per saham, dan saham GIAA meroket 19 persen ke posisi Rp 238 per saham.
Sedangkan saham-saham yang tertekan antara lain saham AKSI turun 15,33 persen ke posisi Rp 254 per saham, saham APEX tergelincir 12,14 persen ke posisi Rp 1.520 per saham, dan saham LPLI merosot 12,07 persen ke posisi Rp 102 per saham.
Sebagian besar bursa saham Asia menguat. Indeks saham Hong Kong Hang Seng naik 1,75 persen, indeks saham Korea Selatan Kospi menguat 0,70 persen, indeks saham Shanghai mendaki 1,36 persen.
Selain itu, indeks saham Singapura menguat 0,37 persen dan indeks saham Taiwan mendaki 0,35 persen. Sedangkan indeks saham Jepang Nikkei melemah 0,20 persen dan indeks saham Thailand turun 0,46 persen.
Analis PT Binaartha Sekuritas, Nafan Aji menuturkan, IHSG menguat didorong respons pelaku pasar terhadap langkah Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan atau BI 7 day repo rate menjadi enam persen. Ini untuk menjaga rupiah serta merespons melebarnya defisit neraca perdagangan per Oktober 2018 sebesar USD 1,82 miliar.
"Adapun langkah BI dalam menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi enam persen sangat diapresiasi oleh para pelaku pasar," ujar Nafan saat dihubungi Liputan6.com.
Ia menambahkan dari sentimen eksternal, meredanya sentimen perang dagang antara Amerika Serikat dengan Tiongkok juga pengaruhi IHSG.
Sebelumnya, gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat di tengah rilis Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan atau BI 7 day repo rate menjadi 6 persen.
Berdasarkan data RTI, Kamis 15 November 2018pukul 14.38 WIB, IHSG menguat 69,12 poin atau 1,19 persen ke posisi 5.927,90. Indeks saham LQ45 menguat 1,62 persen ke posisi 940,85.
Seluruh indeks saham acuan kompak menghijau. Sebanyak 203 saham menguat sehingga mengangkat IHSG. 167 saham melemah dan 132 saham diam di tempat.
Pada sesi kedua, IHSG sempat berada di level tertinggi 5.931,86 dan terendah 5.880,21. Transaksi perdagangan saham cukup ramai.
Total frekuensi perdagangan saham 311.327 kali dengan volume perdagangan 9,3 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 5,4 triliun. Investor asing beli saham Rp 477,57 miliar. Posisi dolar Amerika Serikat (AS) berada di kisaran Rp 14.792.
Sebagian besar sektor saham menguat kecuali sektor saham tambang melemah 0,35 persen. Sektor saham infrastruktur menguat 2,99 persen, dan catatkan penguatan terbesar. Disusul sektor saham aneka industri mendaki 2,41 persen dan sektor saham barang konsumsi menanjak 1,6 persen.
Saham-saham yang menguat antara lain saham SURE meroket 24,67 persen ke posisi Rp 2.350 per saham, saham GIAA melonjak 22 persen ke posisi Rp 246 per saham, dan saham GLOB menanjak 14,61 persen ke posisi Rp 204 per saham.
Sementara itu, saham AKPI melemah 22,22 persen ke posisi Rp 700 per saham, saham APEX tergelincir 12,14 persen ke posisi Rp 1.520 per saham, dan saham PRIM turun 8,56 persen ke posisi Rp 855 per saham. (sumber)