Produsen drone asal China, DJI, membantah telah membantu militer Rusia yang saat ini menginvasi Ukraina.
Sebelumnya DJI mendapat perhatian dari pemerintah Amerika Serikat (AS) karena melakukan pembocoran data dan membantu aktivitas yang melanggar hak asasi manusia (HAM).
Dugaan keterlibatan DJI dalam invasi Rusia pertama muncul pada Jumat (11/3). Tuduhan muncul setelah pengguna Ukraina dilaporkan tidak dapat menggunakan produk deteksi drone DJI yang disebut DJI AeroScope.
Produk ini dideskripsikan sebagai "platform deteksi drone komprehensif yang dengan cepat mengidentifikasi tautan komunikasi UAV, mengumpulkan informasi seperti status penerbangan, jalur, dan informasi lainnya pada waktu sebenarnya".
Sementara pengguna Ukraina tidak dapat mengakses DJI AeroScope, pengguna Rusia dapat menggunakan produk tersebut, lantas hal ini memicu munculnya tuduhan DJI mendukung Rusia.
DJI sendiri telah menjadi merek terlarang di AS. DJI telah dimasukkan ke dalam Entity List yang dilarang mengakses teknologi AS dan melarang militer AS menggunakan produknya.
AS bahkan melarang investasi pada pembuat drone itu atas alasan DJI adalah kaki tangan militer China yang secara aktif membantu pengawasan dan penindasan terhadap minoritas Muslim Uyghur di provinsi Xinjiang China, seperti dilansir The Register.
Lebih lanjut, China dan Rusia baru-baru ini memperbarui pertemanan kedua negara dan menyebutnya sebagai sesuatu yang "tanpa batas."
China yang secara terang-terangan mendukung invasi Rusia mengisyaratkan kemungkinan perusahaan-perusahaan di negara tersebut melakukan hal serupa, salah satunya seperti DJI yang menolak akses pengguna Ukraina.
Meski demikian, DJI menepis tuduhan itu, dengan menyatakan pihaknya "tengah bekerja untuk menyelesaikan beberapa malfungsi AeroScope di Ukraina yang kami duga terkait hilangnya daya dan/atau layanan internet sementara." Namun hingga saat ini, masalah terkait akses dilaporkan belum hilang.
Dua hari setelah bantahan DJI, wakil perdana menteri Ukraina dan menteri untuk transformasi digital Mykhailo Fedorov membuat tuduhan serupa. Dia mengklaim Rusia memiliki akses ke versi AeroScope yang ditingkatkan menjadi memiliki jangkauan 50 kilometer.
Selain memberikan tuduhan tersebut, Fedorov juga meminta Ukraina diberikan akses ke layanan jarak jauh yang sama. Dia juga meminta semua produk DJI yang digunakan Rusia dan tidak didapatkan Ukraina untuk dimatikan.