Sebuah Renungan
oleh : Aris Toharisman
Dua hari lagi, tepatnya 10 Nopember, sang merah putih akan berkibarmenandai peringatan hari pahlawan. Seperti biasanya pada haritersebut seluruh pelajar dan pegawai pemerintah akan berbaris danberkumpul mengikuti upacara.
Pembacaan pidato secara hierarki akanberkumandang di seantero tanah air. Di tingkat provinsi, sanginspektur akan membacakan pidato Presiden. Di daerah tingkat II, akandibacakan naskah Gubernur. Sementara di tingkat kecamatan, inspekturupacara akan membaca fotocopi-an naskah Bupati. Boleh jadi pak Lurahdi desa akan pula membaca naskah kiriman pak Camat.
Alasannya, tentu saja bukan karena bapak-bapak tersebut tidak bisaberpidato langsung, tapi itu semua demi keseragaman dan keakurasianmisi yang disampaikan. Karena, peringatan hari Nasional sering kalidikaitkan dengan tema-tema pembangunan. Maka demi suksesnya programNasional, pesan-pesan yang disampaikan acapkali disatukan denganperingatan hari besar tersebut. Tak heran bila berbagai slogan seringmewarnai peringatan hari-hari besar.
Misalnya, "Dengan peringatan hari pahlawan kita tumbuhkan semangat pembangunan"; "Dengan semangatSumpah Pemuda kita perkokoh persatuan bangsa", dll.Singkat kata, hari pahlawan kembali dijadikan momen yang baik untukmengingatkan segenap bangsa Indonesia akan peran para patriot sejatiyang telah gugur. Mereka telah berjuang dengan gigih untukmembebaskan tanah air tercinta dari belenggu penjajah. Pun dikalakemerdekaan telah diraih, berbagai usaha untuk merongrong persatuandan kesatuan datang silih berganti. Tapi berkat tekad, semangat danpengabdian yang kuat para patriot, segala rintangan tersebut kembalibisa dipatahkan. Alhamdullilah, sampai detik ini Indonesia tetapsatu, padu, dan maju. Semoga demikian untuk seterusnya.
Peran Umat IslamTak dapat dipungkiri bahwa andil umat Islam dalam membebaskan tanahair dari penjajahan sangat besar. Para pahlawan yang gugur membelapertiwi sebagian besar adalah kaum muslimin seperti Cut Nyak Dien danTeuku Umar dari Aceh; Imam Bonjol dari Sumatra Barat; Diponogoro dariJawa; Pattimura dari Maluku; Sultan Baabulah dari Ternate, dsb.
Dasarperjuangan mereka dalam melawan penjajah pada waktu itu adalah Islam,sebagaimana dilandasi oleh Al-Qur'an dan Hadits:Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang yang beriman diridan harta mereka dengan balasan syurga. Mereka berperang di jalanAllah, lalu mereka membunuh atau terbunuh......... (QS. At-Taubah:111).Barang siapa tidak berperang, sedang dihatinya tidak pernahbercita-cita untuk perang, maka ia mati dalam keadaan munafiq(HR. Muslim).Alkisah di tahun 1872 Belanda membujuk Sultan Mahmud Syah dari Acehagar mengakui pemerintahan Hindia Belanda, namun dengan tegas Sultanmenolak. Menyadari bahwa penolakan tersebut akan berbuntut perang,Sultan kemudian mempersiapkan diri. Beliau meminta kepada gurunya,Tengku Syekh Abbas Kutakarang, untuk menyebarkan semangat jihad dikalangan masyarakat. Para panglima dan Uleebalang memobilisasi rakyatguna menghadapi perang. Setahun kemudian Belanda menyerang Aceh danperang hebat berkobar.
Akhirnya, sejarah mencatat bahwa dengansemangat Islamnya yang hebat, Aceh sangat sulit ditaklukan Belanda(Ismuha, 1983: Ulama Aceh dalam Perspektif Sejarah).
Islam juga telah mempersatukan Raja Bone dan Raja Gowa (yang awalnyabermusuhan) dalam melawan Belanda di tahun 1905. Saat itu para ulamadan santri menjadikan pesantren sebagai basis perjuangan mereka dengantema memerangi orang kafir (Mattulada, 1983: Islam di Sulawesi Selatandalam Agama dan Perubahan Sosial).
Bahkan meski ada sedikit distorsi sejarah yang mencoba menganggap SiSingamangaraja sebagai penganut animisme, bendera perangnya yangbergambar matahari dan bulan paling tidak merefleksikan simbol yangerat dengan Islam. Sebuah prasasti yang ditemukan menuliskan: "InilahCap Maharaja di negeri Toba. Kampung Bakara nama kotanya. HijrahNabi 1304". Fakta penyebutan tahun Hijrah menunjukkan betapa besarnyapengaruh Islam dalam jiwa Si Singamangaraja. Ia pun bahu membahubekerjasama dengan pejuang islam lainnya seperti Panglima Nali dariMinangkabau, dan Panglima Teuku Mohammad dari Aceh, dalam melawanBelanda (Ahmad Mansyur Suryanegara, 1992: Menemukan Sejarah, WacanaPergerakan Islam di Indonesia).
Meskipun perjuangan umat Islam saat itu bersifat seporadis dan hanyabersenjatakan sekedarnya, toh Belanda kerepotan juga menghadapinya.Itu semua karena semangat jihad yang telah mendarah daging di sanubarikaum muslimin. Oleh karena itu, Belanda kemudian mengubah strategimereka. Pertama, dengan kristenisasi. Bila penduduk menjadi kristen,akan timbul perasaan seiman dan mudah ditundukkan. Usaha ini berhasilditerapkan dibeberapa wilayah Indonesia seperti Tapanuli Utara,Maluku, dan Sulawesi Utara. Sebagian penduduk di daerah tersebutberhasil dikristenkan dan sampai kini menjadi basis kristen yang kuat.
Bahkan salah seorang missionaris, Nommensen, berkat jasanya mengkristenkan wilayah Tapanuli, memperoleh bintang Officer vanOranje-Nassau dari pemerintah Belanda. Strategi kedua guna melumpuhkan umat Islam dilakukan Belanda secaralicik. Mereka mengirim para orientalis yang pura-pura memeluk Islamseperti Snouck Hurgronje. Orang-orang tersebut mencoba mempengaruhiumat Islam yang umumnya berpendidikan (formal) lemah. Secarapsikologis mereka dicekoki dengan paham-paham yang bisa melemahkanperjuangan mereka. Namun, strategi ini tidak berhasil. Kaumorientalis tidak bisa menjamah kalangan ulama yang notabene adalahimam bagi kaum muslimin. Mereka adalah pemimpin perang dengan akhlakterpuji dan senantiasa menjadi panutan. Akhirnya, karena frustasipara orientalis tersebut menyarankan kepada Belanda untuk menggempursecara membabi buta para ulama, karena disitulah pangkal kekuatanIslam dan perjuangan. Masya Allah !!!!Meskipun beberapa pejuang muslim telah berguguran, pergerakan umatIslam tak pernah padam. Semangat ke-Islaman dan kebangsaan kembalitumbuh ketika Haji Oemar Said Tjokroaminoto mendirikan Syarikat Islamdi awal abad 20-an. Pembentukan SI telah memompa semangatpemuda-pelopor dalam merebut kemerdekaan.Dan tak kalah menakjubkannya adalah usaha Bung Tomo dan arek-arekSurabaya dalam mempertahankan kemerdekaan.
Dengan pekik Allahu Akbar mereka bertempur gigih melawan tentara Inggris dan bahkan berhasilmenewaskan Brigjen Mallaby pada 10 Nopember 1945. Peristiwa tersebutkini akhirnya diabadikan sebagai hari Pahlawan (10 Nopember).Karena itu, terbentuknya tanah air nusantara tak bisa dipisahkan dariperanan kaum muslimin. Meski dalam buku-buku sejarah dikesankan bahwapara pahlawan nasional berjuang karena rasa nasionalisme mereka yangtinggi, dasar perjuangan mereka sesungguhnya adalah Islam. Tak adabenang merah yang mengaitkan satu perlawanan dengan perlawanan lainterhadap penjajah dari seluruh wilayah bumi Nusantara, kecualiIslam-jihad fisabilillah. Mereka berjuang karena Allah SWT.
Pahlawan Pembangunan Perjuangan tak pernah mengenal kata usai. Kini dikala suasana aman,damai dan tentram, perjuangan diwujudkan dalam bentuk lain yaitumembangun tanah air. "Jadilah para Pahlawan Pembangunan. Kejarlahilmu pengetahuan setinggi langit dan abdikanlah bagi nusa, bangsa, danagama", itulah ucapan klise para sepuh dihadapan anak-anak pertiwiyang menuntut ilmu. Kedengarannya sangat melodramatis dan memberikanharapan menjanjikan. Pun ketika ditanya soal cita-cita kebanyakananak-anak akan dengan lantang menjawab: "ingin jadi Insinyur. Jadidokter. Jadi Presiden".
Kenyataan memang tak seindah angan-angan. Untuk mengabdi kepadanusantara tercinta ini susahnya buka alang kepalang. Tengok saja,misalnya untuk menjadi Pahlawan Tanpa Tanda Jasa alias guru, untukmenjadi patriot pembela tanah air (tentara); untuk menjadi petugaspenjaga ketertiban (polisi) atau untuk menjadi abdi negara lainnya.Selain harus kasak kusuk cari informasi kian kemari, kadangkala haruspula dibarengi dengan berbagai bentuk uang pelicin atau koneksivitas.Karenanya, tidak mengherankan dikala masa pengabdian datang berbagaicara ditempuh agar modal yang dikeluarkan ketika menjadi pahlawanpembangunan bisa cepat kembali. Karena boleh jadi modal tersebutmerupakan pinjaman lunak dari tetangga, famili atau bahkan calonmertua. Sehingga berbagai bentuk jalan yang tak lurus punmerajalela. Pungli, suap, kolusi, sogok sudah menjadi populer danbahkan sepertinya membudaya.
Padahal dalam Al-Qur'an perbuatantersebut secara tegas dilarang:Janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain diantara kamudengan jalan batil, dan janganlah kamu membawa urusan harta kepadahakim (pengambil putusan) dengan tujuan agar kamu dapatmemakan/menggunakan harta benda orang lain dengan jalan berbuat dosapadahal kamu mengetahui (QS. Al-Baqarah: 188). Di dalam hadits pundinyatakan:Allah mengutuk penyogok dan yang disogok. Dan dikutuk pula perantarakeduanya walaupun dia tidak menerima sesuatu (diriwayatkan oleh ImamAhmad seperti dikutip oleh Dr. Quraish Shihab, Republika 20 September1996).
Sebagai ilustrasi kita masih ingat kasus rebutan harta simpananseorang mantan pejabat negara beberapa tahun silam. Pengadilanmemutuskan agar uang simpanan milik si janda mendiang sang mantandikembalikan ke pemerintah RI. Alasannya, karena uang tersebutdiperoleh secara tidak sah. Aneh bin ajaibnya, sang mantan pejabatyang telah lama meninggal tersebut dimakamkan di TMP Kalibata.Seorang pahlawan rupanya! Itulah fakta. Itulah Indonesiaku tercinta.Kita pun terheran-heran, apa makna Pahlawan sesungguhnya? Untuksiapakah TMP itu? Tak perlu dijawab, karena memang tak kan pernahterjawab. Lebih baik kita berharap mudah-mudahan dengan kehadiranpara tamu baru di TMP yang mungkin sebagian adalah para pahlawan penuhpamrih seperti manipulator, koruptor, kolaborator, sogokor, punglitortidak mengusik tidur panjang pahlawanku yang sejati. Teruskanlahistirahat kalian dengan tenang. Tak perlu bangun, karena kami akanrepot.
Untuk mengurus orang hidup saja kami kepayahan, apalagiditambah ngurusi orang mati. Biarlah pengadilan Allah SWT kelak yangakan memutuskan secara adil dan objektif kadar ketulusan, kejujuran,kegigihan dan kepahlawan kalian. Tidak ada yang tersembungi di hadapanAllah. Di hadapan-Nya nilai ketaqwaanlah yang lebih utama. SelamatHari Pahlawan!!! Wallahu a'lam bissawwab.
Penulis adalah mahasiswa pascasarjana di University of New SouthWales, Sydney, Australia.
Selanjutnya