Hal itu dipicu karena makin "sadar" nya pemerintah untuk menyisihkan 20 persen APBN untuk keperluan pendidikan. Tujuannya agar pendidikan Indonesia semakin maju.
Tapi kadang, alih-alih ingin membuat maju, banyak pihak sekolah; para birokratnya, yang mengeksploitasi kekurangan sekolah masing-masing, agar dilihat oleh 'pusat' dan dikucurkan dana. Terus 'proyek' pun dibuat dan para birokrat itu makin kaya saja.
Well inilah taktik berbagai sekolah negeri di Jawa sono. Tapi penyakit ini kayaknya sudah menular sampai ke daerah-daerah.
Memang sudah dapat dipastikan bahwa sekolah-sekolah di daerah tertinggal seperti Humbang lebih tertinggal dan lebih buruk infrastrukturnya. Namun bukan berarti tidak ada dana 'maintenance' selama ini untuk itu dari APBD.
Sekolah-sekolah di Pakkat, biasanya menutupi kekurangan ABPD tersebut dengan gotong-royong para ortu dan siswa untuk memperbaiki kekurangan dan merawat gedung. Sehingga tidak perlu teriak-teriak gedung kurang fasilitas dengan tujuan yang sudah mudah ditebak.
Mungkin, hanya 'tamiang' yag bisa kita persembahkan agar para birokrat tidak tertutup hatinya untuk berbuat baik kepada publik dan negara.
Dolok Sanggul, (Analisa)
Masih ada murid Sekolah Dasar (SD) belajar dengan posisi berdiri di Kecamatan Dolok Sanggul Kabupaten Humbang Hasundutan (Humbahas), karena keterbatasan kursi di sekolah itu.
Pantauan Analisa yang berkunjung ke Desa Sosorgonting Kecamatan Dolok Sanggul Kabupaten Humbahas, tmelihat masih ada murid SD Negeri 173405 terpaksa belajar dengan posisi berdiri, karena kursi tak cukup.
Di samping itu, dalam, posisi duduk para murid SD itu juga sangat memprihatinkan karena duduk berdesak desakan pada satu bangku yang membuat kenyamanan dalam belajar tidak tercipta lagi.
Kondisi belajar murid yang tidak standar itu, menurut masyarakat di Kecamatan Dolok Sanggul sudah merupakan pemandangan yang biasa, karena sarana dan prasarana sekolah yang cukup minim.
Umumnya kondisi SD sangat memprihatinkan, bangunan sekolah seperti sudah tidak layak pakai lagi, perlu renovasi total, namun karena belum ada perbaikan mau tidak mau harus dipakai juga untuk proses belajar mengajar.
Kepala Dinas Pendidikan Humbahas Drs Donver Panggabean, MSi yang dihubungi membenarkan masih ada murid SD belajar dalam posisi berdiri, karena ketersediaan sarana di sekolah.
Menurut Donver Panggabean, akan diupayakan untuk membenahi sarana dan prasarana pendidikan di Humbahas dengan meminta partisipasi para anakrantau, para alumni dari sekolah sekolah di Dolok Sanggul untuk dapat membangun sarana dan prasarana sekolah, sebab bila mengandalkan dana dari APBD untuk memperbaiki sarana dan prasarana sekolah di wilayah Humbahas tidak mungkin terwujud dalam waktu singkat.
Para orang tua murid di Dolok Sanggul mengharapkan kepedulian para anakrantau yang berhasil di perantauan untuk mau memperhatikan kondisi sekolah di Dolok Sanggul yang sekarang ini memprihatinkan.
Albert Soritua Simamora (56), penduduk Dolok Sanggul mengatakan, bagaimana mungkin mutu pendidikan dapat ditingkatkan bila sarana dan prasarana sekolah belum memadai.
Bagaimana murid dapat belajar dengan baik bila sekolahnya sendiri tidak bagus, tidak layak dan nyaman untuk belajar.
Untuk itu, kata Simamora sudah waktunya Pemkab Humbahas lebih aktif lagi mencari dana untuk membangun dunia pendidikan dan begitu juga perusahaan yang ada di Humbahas diharapkan dapat berpartisipasi aktif membantu, sebab bila dari orang tua murid sangat sulit diharapkan karena rata rata tingkat perekonomiannya masih sangat memprihatinkan. (fm)
Selanjutnya
Mau Belajar Aksara Batak?? Klik Di sini