Breaking News

Flu Pidong Karo

14 Jun 06 00:43 WIB
Warga Beri Waktu 3 Hari WHO Keluar Dari Karo
Medan, WASPADA Online


Puluhan warga tergabung Koalisi Masyarakat Karo, Selasa (13/6), melakukan demo di Kantor Gubsu dan mengultimatum 3x24 jam akan mengusir petugas World Health Organization (WHO) yang sedang melakukan penelitian di daerah itu.
Mereka juga melakukan aksi memotong empat ekor ayam sembari meminum darah dan menggorengnya serta mengajak PNS Kantor Gubsu ikut mencicipinya. Warga mengatakan lebih baik mati dari pada ayam mereka dimusnahkan. Bahkan hasil pertanian dan peternakan diperdagangkan tidak laku karena isu flu burung.

Sebelum digoreng, mereka juga menelan empedu ayam disembelih bahkan mengusapkan darah ke wajah mereka di hadapan umum. Mereka juga menunjukkan ayam mereka pelihara tidak mengidap flu burung. Massa mendesak diterima Gubsu Drs Rudolf M Pardede, namun ditemui Kabiro Binsos Drs Hasbi Nasution dan Wakadis Kesehatan Provsu Dr Syaiful M Sitompul.

"Jangan salahkan kami, jika Pemkab Karo, Pemprovsu atau pemerintah pusat belum dapat menyelesaikan kasus flu burung di Karo," ujar warga. Menanggapi tuntutan dan aspirasi Koalisi Masyarakat Karo ini, Dr Syaiful Sitompul mengatakan, kasus penularan flu burung sampai saat ini masih dalam penelitian. "Saya bisa pastikan, warga Kubu Simbelang meninggal beberapa waktu lalu positif flu burung. Namun saya, tidak bisa pastikan, apakah semua ternak di Kab. Karo positif terkena flu burung," katanya.

Mereka menjelaskan, seorang korban flu burung dirawat di RSU H Adam Malik bernama Jones Ginting sudah negative flu burung. "Sekarang perawatannya dalam kasus lain," kata Syaiful. Penjelasan masalah ternak di Karo akan dimusnahkan atau apakah semua ternak di Karo sudah tertular virus flu burung, itu wewenang Kadis Peternakan, katanya.

Massa menamakan dirinya Koalisi Masyarakat Karo Anti Isu Flu Burung menjelaskan, akibat perilaku pemerintah pusat melalui Menkes RI mengakibatkan masyarakat di Karo terdiskreditkan (diisolasi secara psikologis). Ini mengakibatkan kerugian moril dan materil. Pemerintah RI, kata mereka, menanggapi kasus flu burung di Karo ini secara gegabah dan terburu-buru sebelum ada hasil penelitian resmi badan dunia. Sambil melakukan orasi mereka juga menggelar beberapa spanduk yakni Stop Isu Flu Burung, Dilarang Menjual Isu Flu Burung dan para nande-nande menggunakan payung berwarna hitam.

Tuntut
Masyarakat Karo sudah resah, gelisah dan dirugikan moril dan materil akan mengajukan tuntutan perdata kepada pemerintah Pusat cq Menkes RI, Pemerintah Provinsi dan Pemkab Karo cq Bupati Karo, supaya masyarakat mendapat rasa keadilan.

Alasan dikemukakan Menkes RI menyatakan sumber penularan AI berasal dari pupuk kandang/kotoran unggas, terbantah karena sudah tidak terbukti sesuai hasil pemeriksaan otoritas kesehatan, pertanian dan WHO. Selanjutnya Menkes kembali menyatakan penularan AI dari daging babi dikonsumsi para korban.

Ini juga sangat aneh, sebab ternyata daging babi dimaksud Menkes RI dikonsumsi masyarakat Karo lainnya. Jika pun dikatakan sumber AI berasal dari daging babi, mengapa di Kabupaten Karo sama sekali tidak ditemukan babi terindikasi AI. Usai melakukan aksi, mereka meninggalkan Kantor Gubsu dengan tertib. (m47)

(am)


Selanjutnya

Mau Belajar Aksara Batak?? Klik Di sini