Solu Kuno Raksasa Ditemukan
Saturday, 27 May 2006
Tebingtinggi (SIB)
Masyarakat Tebingtinggi mendadak heboh, sehubungan ditemukannya sampan
tua peninggalan bersejarah dan diperkirakan berumur ratusan tahun namun kondisinya masih bagus dan kokoh. Tidak ada secuil kayunya yang lapuk. Sampan yang panjangnya 6,32 meter, lebar 1,15 meter, kedalaman 1,5 meter dan berat 500 kg tersebut menjadi tontonan masyarakat Kota Tebingtinggi dan dari daerah luar.
Sampan yang menarik perhatian masyarakat tersebut ditemukan dengan tidak sengaja oleh Norman Purba (48) saat menjala ikan di Sungai Padang, persisnya di bawah bendungan bronjong sekitar 200 meter dari kediamannya di perumahan kebun buah Kampung Keling Senin (15/5) sore sekira pukul 06.00 tepatnya dua pekan lalu. Kini sampan tersebut ditempatkan di samping rumahnya dan menjadi tontonan gratis masyarakat.
Menurut para orang tua di sana, sampan tersebut telah berumur ratusan tahun lebih. Uniknya dalam sampan tersebut tidak terdapat paku, baut ataupun sambungan papan sebagaimana lajimnya sampan yang sering ditemukan saat ini. Sampan tersebut terbuat dari satu kayu bulat yang dipahat dengan rapi.
“Seumur saya belum pernah lihat, sampan seperti ini, tidak ada sambungan, tidak ada paku, melainkan asli pahatan. Belum ada yang sanggup memastikan sampan ini terbuat dari kayu apa. Secara persis umur sampan itu belum dapat diperkirakan namun jika mengikuti sejarah keberadaan Sungai Padang umurnya diperkirakan mencapai seratus tahun lebih,” ucap Sahit (60), didampingi sejumlah warga Kebun Buah Kampung Keling Ling I Kelurahan Tanjung Marulak Tebingtinggi.
Saat ditemui di kediamannya, Kamis (25/5) Norman, menuturkan bahwa saat mencari ikan sapu kaca untuk makanan ikan ternaknya, tiba-tiba dia menemukan tonjolan kayu dari dasar sungai. Merasa penasaran dia bersama anaknya mengorek dasar sungai dengan cangkul.
Setelah beberapa dalam mengorek dasar sungai, baru ditemukan ternyata tonjolan kayu tersebut merupakan sampan tua. Selanjutnya Norman memanggil tiga orang anaknya termasuk istrinya Nurhanisyah (46), alias Inoi untuk menarik sampan itu ke darat dan membawanya pulang dibantu warga setempat.
Dengan adanya penemuan sampan tersebut, kata Norman sudah pernah ditawari seorang nelayan warga Pagurawan Asahan seharga Rp 1,7 juta, namun tidak dijualnya karena ia menilai sampan tersebut bukan sembarang sampan biasa yang sebagaimana lazimnya dipergunakan nelayan. Walaupun didesak dengan alasan sampan tua itu akan mendatangkan rezeki yang baik bagi pemakainya.
Melihat ukuran sampan tersebut yang panjang 6,32 meter, lebar 1,15 meter dengan kedalaman 1,5 meter dan berat 500 kg tersebut dapat dipastikan sampan itu bukanlah sampan yang lazimnya dipakai nelayan akan tetapi diduga milik Kerajaan. Sampan peninggalan bersejarah itu kini tertambat di samping rumah Norman. “Kami pernah mencoba menaikinya, ternyata sangat kokoh dan tidak ada yang bocor,” sebut Norman yang masih merasa bingung atas temuannya itu.
Sementara itu, secara terpisah, menurut salah seorang pengrajin kayu di sana mengatakan, bagaimanapun kokohnya sebatang kayu, bila terendam dalam air sungai, lama-kelamaan akan lapuk dimakan air, kecuali katanya, bila kayu tersebut tertimbun di dalam dasar sungai.
Pernah Mimpi
Didampingi sejumlah warga, Norman menuturkan, sebelum menemukan sampan tersebut, ia pernah bermimpi didatangi seorang ibu. Ibu tersebut dalam mimpi Norman berpesan agar menjaga rumahnya. Akan tetapi Norman kurang mengerti arti mimpinya itu dan beberapa lama setelah mimpi tersebut Norman menemukan sampan tua itu dalam kondisi tertanam di sungai.
Setelah beberapa hari penemuan sampan tersebut, Norman mengaku kembali bermimpi lagi didatangi seorang ibu dan pesan yang sama seperti mimpinya terdahulu untuk menjaga rumah ibu itu. “Mungkin sampan ini yang dimaksud dalam mimpi itu,” ucap Norman seraya mengatakan akan merawat dan menjaga sampan tersebut.
Walaupun Norman diberikan amanah untuk tetap menjaga sampan sebagaimana dalam mimpinya itu, namun ia katanya tetap bersedia jika Pemko Tebingtinggi memintanya untuk disimpankan ke museum sebab sampan tua tersebut dilihat dari kondisinya dan umurnya dapat dikatakan merupakan peninggalan bersejarah.
“Jika sampan tersebut diminta saya akan serahkan namun sebaiknya Pemko Tebingtinggi juga dapat memberikan imbalan sepantasnya sebab sampai saat ini saya menghidupi nafkah keluarga dari pekerjaan tak menetap,” katanya mengharap. (Ridwan Napitupulu/q)
Selanjutnya
Mau Belajar Aksara Batak?? Klik Di sini