Sitorus, Suluk dan Tasawuf
Ratusan Jamaah Hadiri HUL II
Rumah Suluk Naqsabandiyah
Kisaran, WASPADA Online
Ratusan jamaah Tarekat Naqsabandiyah dari berbagai kabupaten di Sumatera Utara menghadiri HUL ke II Rumah Suluk Naqsabandiyah Baitul Hijrah, Dusun Sarimatua, Desa Tanjung Sigoni, Kec. Medang Deras, Kab. Asahan, Senin (1/1).
Selain itu hadir Ketua MUI (Majelis Ulama Indonesia) Ka-bupaten Asahan, H Usman Effendy Lc, Pemimpin Rumah Suluk Baitul Hijrah Khalifah H. Effendy Sitorus, tuan-tuan guru (Mursyd), Camat Medang De-ras, Drs. Sori Muda Siregar, Kepala Desa, tokoh agama dan masyarakat undangan lainnya.
Ketua MUI Asahan, H. Usman Effendy, LC dalam sam-butannya mengatakan, di negeri-negeri yang berkembang ajaran tarekat merupakan negeri yang makmur dan kaya. Hampir di seluruh penjuru du-nia, negara yang berkembang ajaran sufisme Islam, memiliki sumber tambang minyak.
Dia mengatakan dimana ada wali Allah, mursyid-mursyid dan khalifah-khalifah tarekat pasti dinegeri itu terdapat tam-bang Minyak, karena setiap tengah malam ada hamba Allah yang berzikir ribuan kali menye-but nama-Nya.
Seorang khalifah katanya, adalah pemimpin dunia yang bertugas untuk memakmurkan bumi. Karena itu tugas Khalifah sangat berat untuk meluruskan moral manusia yang telah rusak. Namun dia menilai, telah terjadi kesalahan persepsi masyarakat terhadap kehidupan para sufisme.
Masyarakat beranggapan seorang mursyid atau khalifah hidupnya jauh dari dunia. Islam adalah agama yang maju dan tidak kaku. Seperti contoh di Mesir saja, seorang Mursyid naik Mercedes Benz.
“Jadi Islam tidak mengajar-kan manusia untuk hidup jauh dari dunia,” ujarnya sembari mengatakan anggapan-anggapan keliru ini berkem-bang akibat penjajahan Belan-da, yang menyuruh umat Islam hanya untuk memikirkan uru-san akhirat, dan melupakan dunia, agar Indonesia sebagai negara mayoritas Muslim tetap di-jajah untuk disedot kekayaannya.
Suluk
Sedangkan Pemimpin Ru-mah Suluk Baitul Hijrah Khali-fah H. Effendy Sitorus menga-takan, suluk merupakan meto-de Tarekat Naqsabandiyah seba-gai metode untuk mendekatkan diri kepada Allah yang bertujuan untuk melatih hati mengingat zat Allah secara terus menerus, terutama saat sakratul maut.
Dikatakan, setiap muslim dalam menghadapi sakratul maut tidak ingat dan menyebut nama Allah, maka neraka ja-hannam bagiannya. Karena itu, zikrullah atau ingat kepada Allah hanya dapat berlangsung jika hati selalu dilatih untuk mengingatNya. “Ini makanya, hati perlu dilatih untuk berzikir, supaya ingat kepada Allah,” ujarnya.
Namun diakuinya bahwa sebagian anggota masyarakat masih kurang menerima keha-diran metode suluk sebab be-ranggapan tidak memiliki dalil-dalil yang jelas. ”Padahal dalam Al Quran dan Hadist telah me-ngajarkan kepada kita untuk selalu berzikir kepada Allah,” tambahnya.
Cikal bakal rumah Suluk Baitul Hijrah adalah tempat sholat almarhum orang tua kan-dungnya, Lobe Saleh Sitorus, seorang Salik Naqsabandiyah. Rumah Suluk ini didirikan Tahun 1996 untuk meneruskan cita-cita orang tuanya. Dan kini telah menjadi pusat kegiatan Islam di Desa Tanjung Sigoni Kecamatan Medang Deras.
Bangga
Camat Medang Deras, Sori Muda Siregar, atas nama peme-rintahan mengatakan, mayo-ritas penduduk Desa Tanjung Sigoni merupakan penganut Nasrani. Namun rumah Suluk ini bisa hadir di tengah nuansa yang berbeda dan sebagai tem-pat kegiatan dakwah Islam. ”Kita merasa bangga kehadiran rumah suluk ini bisa sebagai tempat kegiatan dakwah Islam dengan membangun sikap toleransi beragama,” katanya.
Dia menyanyangkan kalau rumah Suluk ini tidak diman-faatkan oleh masyarakat Asahan sebagai tempat penggemble-ngan jiwa seorang muslim serta berharap, Rumah Suluk Baitul Hijrah mampu melahirkan kader-kader Islam, sebagai corong agama untuk membe-sarkan Syiar Islam.