Breaking News

Haminjon Diburu, Petani Kaya

21 Mar 07 19:22 WIB
Haminjon Sumut Objek Buruan
Industriawan Parfum Paris
Aeknauli, Parapat. WASPADA Online


Getah haminjon (kemenyan) Sumut mengandung asam balsamat sebagai asam sinamat dengan wanginya yang sangat khas. Bau wangi itulah yang menjadi obyek buruan para industriawan parfum kelas dunia temasuk dari Paris, Perancis. Masyarakat sekitar hutan di Sumut mencari haminjon untuk mendapatkan getahnya melalui teknik penyadapan.

Sayangnya menurut seorang pakar peremajaan hamijon di Sumut, pohon-pohon penghasil bahan baku industri parfum itu umumnya sudah tua, diatas 30 tahun. Padahal produktivitas optimalnya hanya sampai 20 tahun. Ir. Sentot Adi Sasmuko, peneliti madya pada Balai Penelitian Kehutanan Aeknauli, Parapat, Selasa (20/3), mengomentari produktivitas haminjon Sumatera Utara yang semakin tahun semakin menurun. Sumatera Utara merupakan produsen haminjon utama Indonesia dengan luas tanaman sekira 22.670 hektar dan produksi getah sekira 2.000 ton per tahun (1990).

Kabupaten penghasil kemenyan di Sumut Humbang Hasundutan, Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah dan Tapanuli Selatan. Jenisnya haminjon Toba (styrax sumatrana) dan haminjon Durame (styrax benzion). Sumatera Selatan sebenarnya juga menghasilkan haminjon tetapi tingkat produksinya kecil. Sebenarnya, kata Sentot, alumni Universitas Hasanuddin Ujungpandang, 1991, dulu masyarakat sempat memperkebunkan haminjon tetapi sayang tidak diikuti peremajaan (replanting), bahkan sebagian telah berganti menjadi kebun kopi.

Ketika harga haminjon dunia mengalami lonjakan, lebih dari 10 tahun lalu, masyarakat kemudian beralih menjadi 'pemburu' haminjon alam dan menemukannya di hutan. Dengan posisi seperti itu petani haminjon dewasa ini sebenarnya lebih tepat disebut sebagai 'pemburu haminjon'. Di hutan, regenerasi haminjon tetap berlangsung alami di sekitar induknya. Hanya pertumbuhannya tidak maksimal karena tertekan tanaman tua. Kondisi itu menyebabkan produktivitasnya pun tidak maksimal. Padahal dari posisinya sebagai produsen terbesar di Indonesia, Sumut sebenarnya dapat menjadikan haminjon salah satu komiditi andalan.

Peremajan Massal
Hingga kini, kata Sentot, satu-satunya cara menggenjot produktivitas haminjon dengan peremajaan massal. Penanamannya dilakukan di lahan tersendiri, bukan di tengah hutan. Lahan-lahan kosong tak produktif yang masih banyak di bumi Toba, khususnya di Humbang Hasundutan sangat cocok ditanami haminjon. Berdasarkan penelitian dan percobaan diketahui, haminjon dapat tumbuh dan berkembang baik pada areal berketinggian 500 hingga 2.000 meter diatas permukaan laut (dpl). Humbang Hasundutan sendiri sebagai habitat terbaik haminjon alam di Sumut berada pada ketinggian 1.200 hingga 1.500 dpl.

Pada skala percobaan di Aeknauli, haminjon berusia tujuh tahun menghasilkan getah 0,1 kg per sekali panen (6 bulan), kemudian naik menjadi 0,5 kg pada usia 10 tahun dan mencapai puncaknya menjadi 1 kg pada usia 20 tahun. Apabila setiap hektar lahan dapat ditanami sedikitnya 200 batang dengan tingkat produktivitas 2 kg per batang per tahun (pada usia 20 tahun), maka produktivitas per hektar bisa mencapai 400 kg. Angka itu sangat fantastis bila dibandingkan dengan populasi haminjon alam selama ini rata-rata 11 batang per hektar dengan produktivitas getah rata-rata 16,72 kg.

Dari kalkulasi diatas disimpulkan 10 ribu hektar haminjon atau dua juta batang dapat menghasilkan 4.000 ton getah per tahun, atau dua kali lipat dari produktivitas haminjon alam dewasa ini. Ini bisa menjadi semacam revolusi, karena Sumut berpotensi mengembangkan kebun haminjon hingga mencapai 100 ribu hektar.