Breaking News

Mamele dan Pelebegu (2)

Anehnya, supir bus saya itu tidak mau memberhentikan busnya walau saya sudah meminta dengan suara yang keras. Duh, sial. Baru sekitar setengah jam kemudian bus diberhentikan dan sayapun buang air setelah menahan satu jam lamanya.

Tanya punya tanya, seorang penumpang di samping saya menegur, “Lae nggak pernah jalan lewat sini yah?” kira-kira begitu bunyinya. Saya jelaskan bahwa biasanya saya selalu pulang pergi kampung ke Medan tapi baru kali ini merasa sesak (ingin buang air) di tengah jalan. Saya minta maaf ke keneknya karena merepotkan.

Teman penumpang itu melanjutkan, bahwa yang jadi masalah bukan merepotkannya, karena menurutnya, berhenti di tengah jalan itu adalah hak penumpang. So???? Pikirku. Diapun menjelaskan bahwa yang jadi masalah adalah saya minta berhtni di tempat yang selama ini sudah dikenal angker dan berhantu… What????? Antara ragu dan merinding sayapun terkejut…

Dia melanjutkan ceritanya bahwa tempat saya minta berhenti tadi adalah Dolok Partangisan. Dari namanya saja terdengar sangat mengerikan. Dolok artinya bukit dan partangisan artinya tempat menangis. Jadi Dolok Partangisan adalah Bukit yang dijadikan sebagai tempat menangis. Lo ko menangis??? Bukankah orang Batak itu tidak suka menangis kecuali untuk hal yang perlu, seperti kemalangan (meninggal dunia) atau sebab yang sangat khusus. Bersambung