Breaking News

Indonesia Kuasai Teknologi Siluman

- Institut Teknologi 10 Nopember Surabaya (ITS) ternyata punya banyak teknologi dalam bidang militer. Produk Arek Suroboyo itu kemarin dipamerkan di halaman Gedung Dephan (Departemen Pertahanan) Jl Merdeka Barat, Jakarta.

Dalam pameran bertajuk "Bursa Litbang Industri Pertahanan" itu, sedikitnya ada empat macam produk yang cukup canggih buatan ITS. Sebagian besar berhubungan dengan radar dan simulasi perang.

empat produk itu di antaranya kapal siluman. Teknologi kapal itu mirip pesawat Stealth milik AS. Yaitu, sama-sama tidak bisa diidentifikasi oleh radar. Bedanya, pesawat Stealth melaju di udara, sementara kapal buatan ITS beroperasi di perairan.

Produk lain yang ikut dipamerkan adalah transmisi data situasi udara. Alat ini berguna untuk memotret situasi udara nasional. "Alat itu bekerja real time. Begitu digunakan, saat itu juga diketahui kondisi udara kita. Termasuk pesawat apa saja yang lewat," ucap Pembantu Rektor III ITS Dr Achmad Jazidie saat dihubungi Jawa Pos tadi malam.

Alat ini sudah digunakan oleh TNI AU. Ada beberapa display di markas TNI AU untuk memantau keadaan udara Indonesia. "Jangkauan radar militer kadang terbatas. Keterbatasan radar militer itu bisa ditutupi oleh radar sipil. Nah, alat ini bisa mengintegrasikan radar sipil dan militer. Jangkauannya jadi lebih luas, ," jelasnya.

Alat lain yang tak kalah canggih adalah sealing off. Yaitu, semacam radar yang bisa memantau pergerakan dan posisi kapal asing. Saat perang, alat ini bisa digunakan untuk mengintai lawan. Peralatan ini juga digunakan dalam teknologi perang laut.

"Kami juga mengembangkan semacam alat untuk simulasi perang," kata Jazidie. Alat itu digunakan oleh Sesko (Sekolah Staf Komando) TNI untuk melatih dan memantapkan strategi perang. "Ini adalah wujud kepedulian untuk membuat bangsa ini menjadi lebih mandiri. Alat buatan kami kan jauh lebih murah dibanding milik asing. Yang lebih penting lagi, produk ini adalah produk anak bangsa," tukas pria berkumis ini.

Selain ITS, pameran sehari itu juga diikuti oleh ITB (Institut Teknologi Bandung) dan sejumlah produsen alat pertahanan, seperti PT Pindad dan PT DI (Dirgantara Indonesia).