Breaking News

Hindu-Tamil di Sumut: Pangguni Uthiram

WASPADA Online

PANGGUNI Uthiram merupakan salah satu budaya ritual bagi kaum Tamil atau umat Hindu, dan ritual ini dilangsungkan setiap tahun Tidak hanya di Indonesia, tetapi di seluruh dunia memperingati hari besar itu, namun pada waktu yang berbeda.

Di Sumut, setiap bulan Maret dan April,umat Hindu Tamil memperingatinya di Shri Thenda Yuda Bani Koil Jl Sultan Hasanuddin, Pasar III, Lubuk Pakam, Deli Serdang.Tak tanggung-tanggung tamu yang datang, selain tamu lokal, tamu asing juga berdatangan ke kuil ini dengan satu tujuan yakni merayakan Pangguni Uthiram.

Hampir semua bertelanjang kaki dalam merayakan Panggungi Uttiram untuk memuja Dewa Muregeen (Muruga) Shang Hyang Widi Wasa, termasuk para fotografer dari berbagai daerah yang berkeinginan mengabadikan momen tersebut. Bagi masyarakat Deli Serdang, khususnya warga Lubuk Pakam, lebih mengenal perayaan ini dengan sebutan Kerak Dandang atau Cucuk Lidah.

Dalam tahun ini, perayaan serupa dilaksanakan Jumat (21/3). Sekira pukul 13.30, ribuan umat Hindu memadati jembatan Kwala Namu di Jl Jenderal Sudirman, Lubuk Pakam. Di sungai ini acara puncak ritual dilaksanakan, di mana orang-orang yang bernazar (membayar niat) dikumpulkan, lalu lidahnya ditusuk dengan besi yang sudah disempurnakan melalui proses keyakinan mempunyai kekuatan yang cukup sakral.

Sungai Kwala Namu, identik dengan Sungai Gangga, sehingga acara yang mengandung makna kesucian ini benar-benar berlangsung khidmat, terlebih saat berlangsungnya acara angkat Kavedi bagi orang-orang yang melaksanakan naza. Bukan hanya kalangan umat Hindu saja yang melaksanakan nazar, namun umat Budha juga ikut melaksanakan nazar yang sebelumnya harus berpuasa. Tak heran kalau dalam acara ini juga terlihat adanya kesenian Tionghoa, yaitu Barongsai.

Nazar yang dimaksud, seperti ingin mendapatkan keturunan, atau kesembuhan dari penyakit, dan setelah mendapatkan hasil dari nazar ini, lantas yang mempunyai nazar tadi membayarnya dengan cucuk lidah. Nazar diiringi puasa, yakni tidak memakan makanan yang berbau amis dan bagi yang sudah berkeluarga tidak melakukan hubungan boilogis selama puasa. Puasa tergantung nazarnya, ada yang seminggu, ada yang sebulan, bahkan ada yang tiga bulan.

Persyaratan yang dibawa para penazar itu antara lain bunga, buah, sirih, pinang dan kelapa. Benda-benda ini dipersiapkan untuk persembahan Dewa Thendayudabani.Usai dari sungai Kwala Namu, mereka yang sudah melakukan cucuk lidah diarak di seputaran Kota Lubuk Pakam, dan rute terahir kembali ke rumah ibadah Shri Thenda Yuda Bani Koil Jl Sultan Hasanuddin, Pasar III, Lubuk Pakam, Deli Serdang, yang berdiri sejak tahun 1880.

Tibanya di rumah ibadah tertua ini, mereka yang mempunyai nazar tadipun kembali dikumpulkan, selanjutnya dilakukan pelepasan paku panjang dari lidah maupun pipi. Paku ini disebut Vel (tombak) yang merupakan Senjata Dewa Thendayudabani. Acara dilanjutkan pada Jumat malam (21/3) sekira pukul 20.00, dengan arak-arakan dua ekor lembu jantan yang sudah dihiasi dengan berbagai pernak-pernik khasnya masyarakat Tamil. Dia ekor lembu jantan ini disiapkan untuk menarik kereta kencana berkeliling Kota Lubuk Pakam.

Simbol Kebesaran
Dalam almanak Hindu dikatakan bulan Pangguni sedangkan Uttiram merupakan susunan planet posisinya dalam cahaya penuh, sehingga pada bulan purnama merupakan simbol dari kebesaran Tuhan. Umat Hindu meyakini, merayakan Pangguni Uttiram saat bulan penuh akan mencapai penerangan yang sempurna. Sedangkan usia Kereta Kencana (yang ditarik dua ekor lembu jantan) sudah mencapai ratusan tahun.

Historinya, kereta kencana ini di datangkan dari India Selatan oleh para Chettyar. Begitu juga halnya dengan mengangat Kavedhi yang terdiri dari Wepiley, Pu Kawedhi dan Maddey Kawedhi berbentuk bunga-bungaan dan jamur. Hikmah dari perayaan ini untuk menjauhkan mara bahaya bagi umat Hindu, bangsa dan negara, sehingga terhindar dari kekacauan yang dapat memecah belah kerukunan antar umat beragama dan keutuhan NKRI. (Hotma Darwis Pasaribu)