Breaking News

Kopi Medan Kuasai Jakarta

Kopi Medan Ingin Kuasai Jakarta

Dari eksportir kopi mentah, Opal Coffee pun sukses memproduksi kopi siap minum.


Empat tahun silam tak banyak orang yang mengenal Opal Coffee. Bahkan, pabrik kopi milik PT Sari Makmur Tunggal Mandiri (Sari Makmur) ini dulu hanya memiliki tiga karyawan untuk menangani semuanya, mulai dari produksi hingga pemasaran. Tapi sekarang pabrik kopi asal Medan ini sudah memiliki 100 karyawan tetap dan 500 buruh harian lepas. Dan merek Opal Coffee pun sudah dikenal hingga mancanegara.

Kini pabrik seluas 4,2 hektare yang berlokasi di Desa Rujimulio, Kecamatan Sungai, Kabupaten Deli Serdang, Sumatra Utara, itu mampu memproduksi kopi dengan kapasitas 60 kilogram setiap 23 menit. Berarti, Sari Makmur mampu memproduksi 25 ton per bulan.

Total produksi pabrik habis diserap pasar, 75% pasar lokal, sisanya ekspor. Maka dengan harga jual rata-rata Rp 55 ribu per kilogram, omzet perusahaan yang dimiliki pengusaha daerah Suryo Pranoto itu mencapai Rp 1,4 miliar per bulan.
Keberhasilan Opal Coffee merengkuh pasar dalam waktu relatif singkat itu termasuk luar biasa. Untuk korporat lokal Sumatra Utara, mereka sudah menguasai pasar 100%. Sementara itu, untuk pasar Jakarta yang sudah dipadati kopi impor ataupun lokal—seperti Zega Fredo (Italia), Bon Coffee (Swiss), dan Excelso (Indonesia)—Opal Coffee tengah menggenjot target dari 45% menjadi 60%. Uniknya, bila brand lain gencar beriklan, Opal Coffee justru minim iklan.


MEREKRUT AHLI KOPI
Dunia kopi memang bukan hal asing lagi bagi Suryo. Sejak 1973, ia sudah mengekspor kopi ke mancanegara seperti Amerika, Jepang, Eropa, dan Timur Tengah. Jenis kopi robusta dan arabica yang diekspornya terkenal bagus. Tak heran bila pebisnis kopi kelas atas seperti Starbucks (Amerika) juga memakai kopi Medan ini.

Lantaran ekspor kopi mentah cenderung stagnan, pada 1997 Suryo melakukan diversifikasi dengan memproduksi kopi siap konsumsi. Maka, selama setahun ia mengunjungi sentra-sentra kopi, terutama di Eropa, untuk melakukan riset dan mempelajari karakteristik kopi. Maklum, setiap daerah berbeda karakteristik dan kebiasaan masyarakatnya dalam minum kopi.

Untuk berdagang kopi siap konsumsi, ia harus memiliki kemampuan dalam meracik kopi dan mempunyai jurus jitu dalam memasarkannya. Karena itu, Suryo merekrut ahli di bidang kopi dan marketing, Daniel Vianco, 38 tahun, untuk menjadi Business Development Manager & Personal Assistance to Director Opal Coffee.

Daniel memang ”akrab” dengan dunia kopi. Mantan staf marketing di Hotel Tiara Medan yang bergabung dengan Opal Coffee pada 2000 ini mendapat pengetahuan soal kopi dari kakeknya yang pernah menjadi penggoreng kopi di Malaysia. ”Dia punya 80 batang kopi yang diolah untuk konsumsi keluarga kami,” kata pria berkulit putih kelahiran Batu Pahat, Johor Baru, Malaysia, itu.
Ketika kuliah di Cornell University, AS, Daniel pernah menjadi barista (pembuat kopi) freelancer di Train Coffee House, kafe milik pengusaha Yahudi di Ithaca, AS. Di tempat ini pengetahuan Daniel soal kopi semakin terasah, apalagi kemudian dia dipercaya menjadi kepala bagian quality control.

Selain Daniel, Opal Coffee memiliki Maria Gorehty, 45 tahun. Sejak berumur 17 tahun, istri Suryo ini sudah belajar dengan ahli-ahli kopi kelas dunia dari Amerika dan Italia. Maria pernah bekerja di Seattle Based Coffee yang sekarang menjadi salah satu anak perusahaan Starbucks.
Di Opal Coffee, Maria sering menjadi last quality control fase. Hanya dengan melihat, dia tahu kualitas kopi. Tak jarang Maria menolak kopi yang sudah siap olah karena kualitasnya jelek, meski kopi tersebut sudah lolos sortir super-automatic machine.

Tak salah kalau Suryo mengandalkan kedua tenaga ahli perkopian itu. Soalnya, bisnis kopi siap konsumsi sangat tergantung pada rasa (taste). Untuk ini Opal Coffee memiliki 150 karakter kopi yang berbeda. ”Kami menyebut Opal Coffee sebagai personalized product (sesuai selera).

Rasa, warna, dan aromanya disesuaikan dengan pesanan pelanggan,” kata Daniel sembari menyebutkan asal nama opal itu dari batu mulia yang ada di Australia.

Maklum, selera konsumen setiap negara berbeda. Contohnya di Indonesia, iklimnya tidak cocok dengan kopi roasted (kopi yang digoreng/panggang sebelum digiling). Biasanya orang Indonesia lebih melihat warna kopi daripada aroma atau rasa, meskipun orang Sumatra lebih suka pada kopi yang hitam pekat, tidak terlalu pahit, dan beraroma.

Sementara itu orang Jepang lebih suka kopi yang digoreng saat masih sangat muda dan digiling tak terlalu halus. Orang Eropa lain lagi. Mereka senang kopi yang berkarakter seperti French Roasted o̢۪ Blend. Kopi seperti ini, saat dihirup terasa lebih halus, tidak meninggalkan rasa kopi di tenggorokan.

Untuk memperoleh biji kopi berkualitas, hampir 60% bahan bakunya dipasok petani kopi dari Tapanuli Utara, Dairi, Simalungun, dan Tapanuli Selatan. Sisanya dari PT Perkebunan Nusantara (PTPN) XII, Bali, Flores, dan Pulau Jawa.

MENEKAN IKLAN
Untuk memasarkan kopi tersebut, sejak awal Suryo menekankan agar Daniel—yang juga mengurus marketing itu—tak gencar beriklan. Cara ini tak gampang, harus dipilih kiat berpromosi yang efektif. Misalnya, menjadi sponsor suatu event yang cocok dengan produknya, yaitu dengan mensponsori kedatangan Miss Universe 2002, Oxana Fedorova, tahun lalu.
Selain itu, Opal Coffee langsung memasarkan produknya ke hotel-hotel, resto, dan bistro di kota Medan. Orientasinya pada tamu yang banyak mengunjungi tempat tersebut. Bila banyak tamu Jepang, mereka menawarkan kopi yang disukai orang Jepang, begitu pula kalau tamunya orang Eropa.

Benar saja. Dengan cara itu akhirnya Opal Coffee diterima. Kini hampir 100% hotel di Medan menggunakan produk tersebut. Pada 2000, mereka meluaskan pemasaran dengan membuka cabang di Jakarta, Batam (2001), dan Surabaya (2002). Selain itu, mereka juga menjadi pemasok kopi tak langsung pada beberapa airline, di antaranya Singapore Airlines dan Cathay Pacific.

Opal Coffee memang lebih banyak menjaring pasar corporate ketimbang eceran, sebab pasarnya potensial. Untuk ini, mereka menyediakan mesin pembuat kopi dengan merek Carimali asal Italia. Pesaing terbesarnya adalah kopi Excelso asal Surabaya. Namun, Opal Coffee punya kiat menarik simpati pelanggan dengan cara menyediakan fasilitas after sales service selama 24 jam. ”Jadi jika mesin klien mendapat gangguan, kami segera mengirim teknisi,” kata Daniel.

Agar lebih memasyarakat lagi, bulan ini mereka bakal meluncurkan produk Mochas Gourmet Coffee dan instant coffee yang dijual dalam kemasan sachet dengan harga terjangkau. Aromanya, kacang hazel dan cokelat. Distribusinya pun sampai ke warung-warung. Dengan semua strategi itu, Opal Coffee optimistis pada perkembangan usahanya.