Breaking News

Kampung Keling Diubah Menjadi Kampung Madras

Pertanyannya adalah, apakah memang benar orang-orang di Kampung Keling itu memang dari Madras semua???? Perlu penyelidikan Sosiologi neh. Perlu diingat, orang-orang Keling dalam sejarah tidak saja ditujukan kepada orang madras atau Chennai (Chanai), tapi juga orang Kannada, Kerala, Malabar, Maldives dan Srilangka.

Biarlah nama itu tetap kampung keling, karena nama itu berasal dari sejarah Indonesia dan bukan plesetan. Nama keling sudah menjadi nama bangsa (holing) dalam bahasa Batak dan itu bukan untuk penghinaan. Dalam istilah Arab ada nama tempat bernama Sudan yang juga arti leterleksnya adalah Keling. Dan orang Sudan tidak mau menggantinya menjadi nama tempat nenek moyang mereka di Arab misalnya.

Orang-orang keturunan India seharusnya tidak mempolitisir nama keling dan mengklaim itu hanya milik India atawa Madras. Tapi juga dari berbagai negara lain. Dan nama itu harus menurut angel dan sudut pandang keIndonesiaan. Bila nama tersebut diubah menjadi Kampung madras nilai kemultieknikannya menjadi mengecil menjadi hanya tempat atau kampung bagi imgran Madras. Coba sensus pensusuk kampung keling, tidak semuanya berasal dari Tamil.

Di Asia Selatan sendiri, Orang-orang Tamil memang sering konflik dengan bangsa keling lainnya seperti Kannada, Telugu, Srilanka (Sinhales) dan konflik itu seyogyiyanya jagan dibawa ke Indonesia. Di Malaysia, nama Kampung keling juga ada. Bahkan Ingat, nama Madras sendiri sudah diganti di India menjadi Chennai. Jangan-jangan nanti ada generasi lain yang mengubah nama tempat itu menjadi kampung Chennai!!! Alah... Ini Indonesia bung... bukan India.


Gubernur mengajukan permohonan kepada Maskapai Penerbangan Garuda agar menyediakan penerbangan Chanai-Medan mulai tahun 2008. Hal itu disampaikan Gubsu, H Syamsul Arifin SE dalam sambutannya pada acara Pengukuhan Forum Komunikasi Masyarakat Tamil Indonesia Sumut dan Syukuran Pelestarian Kampung Madras Medan, Selasa (5/8) di Gedung Alpa Omega Medan.

“Secara prinsip pihak Garuda sudah setuju tinggal persoalan teknik, karena penerbangan Chanai-Medan hanya memakan waktu 3,5 jam. Kita harus banyak belajar dari Selatan (India) karena dalam 10 tahun terakhir sedang mengalami kemajuan yang cukup signifikan.

Buah pikiran itu disampaikan Gubsu sebagai pemberi semangat kepada masyarakat Tamil di Sumatera Utara yang jauh sebelumnya juga mengambil peranan dalam kemerdekaan bangsa ini.

Ketua FKMTI Sumut Pdt Moses Alegesan dalam sambutannya mengatakan bahwa acara itu terselenggara sebagai upaya pelestarian nama Kampung Madras yang sebelumnya diplesetkan sebagai “kampung keling”.

Setelah melakukan upaya-upaya dan sosialisasi akhirnya semua pihak khususnya Pemko Medan memberi apresiasi dengan mendukung upaya pelestarian penamaan Kampung Madras.
Acara yang diawali dengan prosesi dan penyambutan dengan tarian Nattiye Anjali Dance berlangsung meriah dan apresiasi dari kalangan masyarakat Tamil. Hadir pada acara Asisten Pemerintahan Kota Medan, Daudta Sinurat, Ketua PGI Wilayah Sumut, JA Ferdinansus, Konsulat India di Medan