Asap Riau Menyebar, DPRD Kalang Kabut
"Dari pantauan kita sejak beberapa hari lalu kondisinya terus memburuk dan parah serta berbahaya, maka kita minta Pemerintah Provinsi Riau dalam hal ini, Plt Gubernur Riau secepatnya menaikkan status dari Siaga menjadi Darurat Kabut Asap," kata Wakil Ketua DPRD Riau Noviwaldi Jusman di Pekanbaru, Jumat.
Dia mengatakan Pemprov Riau tidak perlu malu meningkatkan status itu karena kondisinya memang sudah semakin parah dan membahayakan. Selain itu Satuan Petugas di daerah juga sudah kewalahan mengatasi persoalan ini.
Dengan peningkatan status menjadi Darurat itu, lanjutnya, Pemerintah Pusat melalui Badan Nasional dan Penanggulangan Bencana akan lebih fokus melakukan upaya penanggulangan bencana asap di Riau. Dia berpendapatkondisi kekeringan di Pulau Jawa yang saat ini menjadi fokus masih bisa ditolerir.
"Situasi kekeringan di Jawa diharapkan bisa ditoleransi dulu, karena di Sumatera sudah hampir terbakar semua. Provinsi tetangga Jambi dan Sumatera Selatan juga mengalami kondisi yang sama.Pusat bisa fokus membantu upaya mengatasi asap di daerah-daerah ini termasuk di Riau," sebutnya.
Terkait kriteria yang harus dipenuhi untuk peningkatan status itu, menurutnya di Riau seluruh Kabupaten/Kota sudah dilanda kabut asap pekat. Pemerintah daerah, kata dia, tidak sanggup lagi menanggulanginya sehingga bantuan dengan membawa ribuan pasukan masuk ke hutan guna memadamkan titik api bisa dilakukan.
"Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dulu pernah membawa pasukan ke Riau untuk menanggulangi Karhutla dan Kabut Asap. Tentara masuk ke dalam hutan mematikan api. Kita tidak perlu malu minta tolong pusat, kalau memang kita tidak mampu lagi, cepat naikkan statusnya," jelas Politisi Demokrat ini.
Berdasarkan pantauan satelit Terra dan Aqua pada pukul 05.00 WIB, ada sebanyak 362 titik panas (hotspot) di Sumatera. Sebaran "hotspot" paling banyak di Sumatera Selatan ada 173 titik, Jambi 148 titik, Riau 31 titik, Bangka Belitung delapan titik, Lampung dan Sumatera Barat masing-masing satu titik.
Di Kota Pekanbaru asap pekat masih menyelimuti dan membuat kualitas udara tercemar hingga level berbahaya. Kegiatan penerbangan sempat lumpuh satu hari lalu dan saat ini mulai berjalan, tapi dengan banyak penundaan. (ant)