Breaking News

Marpangir, Tradisi Orang Batak Jelang Puasa

HUMBAHASTIMES --Ada yang unik dari kebiasaan warga menyambut bulan Ramadhan. Umat muslim, khususnya bersuku Batak masih kerap melaksanakan tradisi leluhurnya. Tradisi ini sebenarnya masih disoal. Sebab, sedikit saja bergeser, maka berpotensi menyebabkan kemusyrikan.
Sehari sebelum Ramadhan. Dari dapur-dapur rumah warga kerap tercium aroma wewangian. Hasil rebusan beberapa rempah-rempah tersebut segera akan dijadikan prosesi mandi keramas menyambut kehadiran bulan suci Ramadhan.

Sama seperti tahun-tahun sebelumnya tradisi marpangir (mandi pangir) atau balimo (mandi jeruk limau) sudah dijadikan sarana bersih bersih diri. Bagi banyak kalangan. Khususnya, warga bersuku Batak, bahkan, kalangan muslim Melayu sudah demikian kenal dengan istilah tersebut.

Tradisi itu, wujud rasa gembira menyongsong hadirnya Bulan Ramadhan. Sehingga, ketika sore sehari sebelum Ramadhan, warga membasuh seluruh tubuh (mandi keramas) dengan rebusan rempah-rempah tersebut.

Acapkali pula, untuk mandi itu, warga memilih melakukannya di lokasi-lokasi pemandian alam. Khusus untuk di Kabupaten Labuhanbatu, salah satu daerah tujuan adalah Desa Aek Buru dengan ketersediaan sungai kecil yang mengalirkan air jernih dan sejuk dari kaki Bukit Barisan.

Ironisnya, tak jarang pula warga menyakralkan mandi pangir. Dengan tujuan sebagai pengganti niatan ketika pelaksanaan puasa sebulan penuh. Bahkan, ada yang beranggapan, marpangir akan menghasilkan kekuatan mental dan jasmaniah ketika menahan lapar, haus dan dahaga selama berpuasa. Akibatnya, banyak yang beranggapan, jika tidak melaksanakan prosesi itu terasa ada kekurangan dan ketidak sempurnaan dalam melaksanakan ibadah wajib puasa.

Karena, kegiatan mandi pangir tersebut juga memiliki khasiat pada tubuh, bukan untuk kemusyrikan yang menimbulkan dosa, sehingga mandi pangir jadi budaya.

Dengan kata lain bahan pangir yang diramu sendiri atau dibeli dari pasar dan dipakai untuk mandi, tanpa ritual atau mantera-mantera (syarat-sayarat tertentu).

"Memang, setelah mandi pangir terasa tubuh akan lebih fresh," aku Yanti salah seorang warga Kota Rantauprapat, Rabu (17/6). Memang, sejak dulu mereka tidak luput memakai ramuan itu jika jelang Ramadhan. Dan, itu dijadikan bahan pembasuh tubuh ketika sore selesai mandi sebelum melakukan ziarah kubur. "Tapi, bukan sebagai syarat untuk menyambut puasa. Dan, bukan karena itu puasa tidak syah. Mandi itu hanya sekedar rasa sukacita menyambut bulan Ramadhan," bebernya.

Ramuan Pangir
Komposisi ramuan pangir biasanya perpaduan dari beberapa potong jeruk purut/jeruk limau. Ditambah mayang pohon pinang, beberapa helai daun pandan, daun nilam, akar pohon usar dan lainnya. Semakin banyak jenis ramuan yang dipergunakan akan kian menghasilkan aroma khas tersendiri. Kesemua itu, secara sederhananya direbus dengan air sampai mendidih dan mengeluarkan aroma wangi yang khas. Bagi Pedagang rempah-rempah. Berdagang pangir tentu menghasilkan rupiah. Sebab, pada umumnya warga lebih berminat untuk membeli bahan jadi dibanding mesti meramu sendiri. Alasannya, keterbatasan waktu dan kian sukarnya mendapatkan bahan bahannya.

"Lumayanlah. Hasil jualan pangir dapat untung. Sebab, banyak warga yang membeli," ujar Andi salahseorang pedagang rempah di komplek Pasar Lama Rantauprapat, Labuhanbatu. Tak kurang dari 400-500 ikat ramuan tersebut mampu dijual dengan mudah. "Ya, kita dapat menjual sedikitnya 400 ikat," bebernya.  (sumber)