Breaking News

Nasib Gambut Humbahas

Petani Gambut Lintong Nihuta Berhenti Bereksploitasi

Lintong Nihuta, (Analisa)

Ratusan petani gambut di Desa Nagasaribu Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang Hasundutan (Humbahas) mengeluh, karena sudah beberapa minggu terakhir ini berhenti bereksploitasi atau beroperasi.

Keluhan ini diungkapkan sejumlah petani atau penambang gambut kepada Analisa, belum lama ini, di Kecamatan Lintong Nihuta, Humbahas.

Menurut para petani gambut itu, karena pihak kontraktor yang mengelola gambut tidak membeli gambut dari para petani gambut, hingga mereka kehilangan mata pencaharian yang selama ini merupakan penghasilan di samping dari hasil pertanian.

Diakui para petani, mereka kurang mengetahui mengapa pihak kontraktor tidak mau membeli gambut dari para petani lagi. Ada yang mengatakan pihak PT Toba Pulp Lestari (TPL) di Porsea, Kabupaten Toba Samosir tidak memakai gambut lagi sebagai bahan bakar, ada yang mengatakan izin pengelolaan gambut sudah dicabut, hingga tidak bisa dikerjakan lagi.

Para petani gambut tidak mengetahui alasan yang sebenarnya, mengapa tidak mau lagi para kontraktor membeli gambut yang mereka tambang. Bagi mereka apapun alasannya, yang jelas sekarang ini mereka kehilangan mata pencaharian yang selama ini diakui mereka sangat membantu perekonomian masyarakat Desa Nagasaribu Kecamatan Lintong Nihuta.

Informasi diterima Analisa dari pihak PT TPL Porsea menyebutkan, tetap menerima gambut untuk bahan bakar dari para mitra perusahaan yang mengelola gambut, namun sekarang ini para mitra perusahaan yang mengelola gambut tidak memasukkan gambut ke PT TPL Porsea.

“Kita tidak berhubungan langsung dengan para petani gambut, tetapi kepada para kontraktor yang mengelola gambut,” sebut staf Humas PT TPL Porsea.

Dijelaskannya, pihak PT TPL Porsea hanya berhubungan dengan para petani gambut dalam melakukan penyuluhan teknis pengelolaan gambut, agar pengelolaan gambut sesuai dengan standar lingkungan. Lain dari itu pihak TPL tidak mencampurinya.

Sedang dari pihak kontraktor pengelola gambut di Lintong Nihuta menyebutkan, terhentinya eksploitasi gambut disebabkan, pihak Pemkab Humbahas tidak mau mengeluarkan izin penambangan dengan alasan lingkungan.

Ketika dikonfirmasikan kepada pihak Pemkab Humbahas, mengakui hal itu karena bila eksploitasi gambut diteruskan dikhawatirkan akan berdampak negatif kepada lingkungan sekitar.

Sementara itu, pihak para petani gambut meminta agar Pemkab Humbahas mengkaji kembali untuk mencari solusi yang terbaik karena gambut sudah merupakan mata pencaharian masyarakat Lintongnihuta. (fm)






Ratusan Hektare Kebun Kelapa Masyarakat Sorkam Rusak Diserang Hama

Pandan, (Analisa)

Sejak empat bulan terakhir ini, diperkirakan ratusan hektare hektare perkebunan kelapa milik masyarakat pada 15 desa di kecamatan Sorkam Barat Tapanuli Tengah, mengalami kerusakan dan pucuknya layu.

Hingga kini masyarakat tidak mengetahui, sebab dan bagaimana menanggulanginya.

Pantauan Analisa di lapangan, Rabu (10/5) perkebunan kelapa yang merupakan penghasilan dominan bagi warga Kecamatan Sorkam ini, sudah ratusan hektare yang mengalami kerusakan, mengakibatkan bagian pucuk pohon kelapa menguning dan akhirnya mengalami kematian.

“Kami tidak tahu bagaimana menanggulangi pohon-pohon kelapa yang pucuknya layu itu, guna mencegah penularan terhadap pohon kelapa yang belum terserang,” ujar Mujur Simamora (38) warga Desa Paheme kecamatan Sorkam Barat.

Simamora mengatakan, ia memiliki sekitar limabelas hektare kebun kelapa yang sudah berbuah, saat ini sekitar 60 persen pucuknya layu serta penghasilan buahpun menurun drastis.

“Awalnya, daun kelapa menguning, lambat laun pucuk-pucuknya akan jatuh dengan bagian pangkal yang sudah membusuk, hingga seminggu kemudian pohon mengalami mati total dan proses itu berlangsung selama sekitar dua bulan terakhir ini,” tandas Simamora.

Hal yang sama juga ditegaskan, Sahat Pasaribu (40) yang memiliki 20 hektare tanaman kelapa. Ia mengaku sekitar 65 persen pucuk pohon kelapa miliknya mengalami layu.

“Tidak hanya kebun saya, juga kebun-kebun masyarakat lainnya, kematiannya juga berlangsung secara bertahap, dan ini sudah sangat mengakhawatirkan kami yang punya kebun kelapa di sini,” ujar Sahat Pasaribu.

Tidak jauh berbeda pula dialami Harun Pasaribu (47) yang memiliki tanaman kelapa seluas 10 hektare, sekitar 50 persen kelapanya sudah mati dan tidak dapat berbuah lagi.

“Kalau pucuknya terganggu atau ada gejala membusuk, sudah tidak ada harapan lagi untuk hidup, kalau saya perkirakan dari teman-teman dan saudara di daerah lain, yang mengalami nasib yang sama diperkirakan 500-an hektare di limabelas desa pada kecamatan Sorkam ini, sudah terserang penyakit tanaman itu,” kata Harun.

TINDAKAN TEGAS

Sementara itu, Camat Sorkam Barat Antonius Susanto saat dikonfirmasi membenarkan tentang nasib dialami masyarakat Kecamatan Sorkam yang mayoritas berpenghasilan dari kebun kelapa.

Hingga kini pemilik pohon kelapa tidak mengetahui sebabnya dan cara penanggulangannya.

Ia mengatakan, karena perkebunan kelapa milik masyarakat mengalami kerusakan ini, hingga penghasilan dan pandapatan merekapun secara otomatis menurun drastis, akibatnya kebutuhan masyarakat sehari-hari bisa jadi tak terpenuhi. (yan)




Selanjutnya

Mau Belajar Aksara Batak?? Klik Di sini